- Jalan Kyai Tapa No. 1 Grogol
- Jakarta Barat, Indonesia
- Phone: (62-21) 566 3232
- Fax: (62-21) 564 4270
- Email: humas@trisakti.ac.id
Peluang Karier di Era AI: Skill Manusia yang Masih Paling Dicari

Peluang Karier di Era AI: Skill Manusia yang Masih Paling Dicari
Penggunaan Artificial Intelligence (AI) semakin marak dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Namun, tak perlu takut, justru ini kesempatan untuk membuktikan kreativitas dan empati manusia semakin mahal harganya!
Dunia Kerja Berubah, Tapi Manusia Tetap Dibutuhkan
Pernah mendengar cerita tentang robot yang mengambil alih pekerjaan manusia, atau AI yang bisa menulis artikel dalam hitungan detik.
Wajar kalau kamu merasa cemas tentang masa depan kariermu. Eits… jangan panik dulu!
Memang betul, dunia kerja sedang mengalami transformasi besar-besaran.
Menurut laporan World Economic Forum (WEF), sekitar 23% dari semua pekerjaan akan mengalami perubahan dalam 5 tahun ke depan karena AI.
WEF memperkirakan sekitar 14 juta pekerjaan akan berkurang, 83 pekerjaan akan hilang, dan 69 juta pekerjaan baru akan muncul beberapa tahun ke depan.
Namun, yang menarik adalah meskipun AI semakin canggih, kebutuhan tenaga kerja manusia justru tidak menurun.
Malah sebaliknya, perusahaan-perusahaan besar terus merekrut ribuan karyawan baru setiap tahunnya.
Sebab, teknologi AI membutuhkan manusia untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengoptimalkan kinerjanya.
Faktanya, McKinsey Global Institute memperkirakan 375 juta pekerja di seluruh dunia akan perlu mempelajari keterampilan baru untuk tetap relevan.
Ini adalah kesempatan emas untuk mempersiapkan diri dengan skill yang tepat.
Alih-alih takut digantikan AI, lebih baik kita belajar bagaimana bekerja sama dengannya.
Mengapa Sentuhan Manusia Masih Penting di Era AI?
AI memang pandai mengolah data dan mengikuti pola, tetapi manusia punya sesuatu yang tidak bisa ditiru, yakni empati, kreativitas, dan kemampuan memahami konteks.
Contohnya begini, anggaplah kamu sedang stres karena masalah keluarga, lalu curhat ke chatbot AI.
AI memang bisa memberikan saran, tetapi apakah kamu merasa benar-benar dipahami? Pasti tidak sama rasanya dibanding curhat ke sahabat yang benar-benar mengerti perasaanmu, kan?
Inilah keunggulan manusia yang tidak bisa digantikan peran AI.
AI dapat menganalisis sentiment dari teks, tetapi manusia bisa membaca ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan nuansa emosi.
AI dapat menghasilkan konten berdasarkan data yang sudah ada, tetapi manusia bisa menciptakan sesuatu yang benar-benar baru.
Lanjut, ketika pandemi COVID-19 melanda, AI tidak bisa tiba-tiba mengubah strategi bisnis atau menciptakan solusi kreatif.
Tapi manusia? Kita bisa pivot, berinovasi, dan menemukan cara baru untuk bertahan. Ingat bagaimana banyak restoran yang tiba-tiba jadi mahir jualan online?
Selain itu, bisnis tetap tentang people to people. Klien lebih percaya dan loyal pada orang yang genuinely peduli dengan kebutuhan mereka.
AI memang tools yang mampu mengotomatisasi tugas-tugas repetitif dan menganalisis data besar.
Namun, untuk hal-hal yang membutuhkan sentuhan manusiawi, seperti memimpin tim, membangun relationship, atau menciptakan solusi inovatif, manusia masih menjadi yang terdepan.
7+ Peluang Karier di Era AI yang Masih Butuh Sentuhan Manusia
1. Strategist & Creative Thinker
Kamu tipe orang yang suka berpikir out-of-the-box? Kalau iya, profesi ini cocok banget buat kamu!
Strategist adalah orang yang bertugas merancang gambaran besar perusahaan, mulai dari arah bisnis, strategi kompetitif, dan inovasi produk.
Profesi ini butuh pemahaman mendalam tentang human behavior, budaya, dan faktor-faktor unpredictable yang tidak bisa diprediksi algoritma.
AI dapat memberikan data dan analisis, tetapi manusia yang menentukan “what’s next” dan “how to get there.”
Yang seru dari profesi ini, kamu akan selalu belajar hal baru karena landscape bisnis terus berubah. Plus, kamu punya impact langsung terhadap arah perusahaan.
Cocok banget buat kamu yang ambisius dan suka tantangan!
2. UX/UI Designer
Pernah menggunakan sebuah aplikasi yang sangat mudah digunakan dan intuitif? Atau sebaliknya, pernah merasa frustrasi karena sulit menjelajahi sebuah website?
Di balik rasa nyaman atau kesal itu, ada peran seorang User Experience (UX) dan User Interface (UI) Designer.
UI Designer bertanggung jawab pada tampilan visual sebuah aplikasi atau website, seperti warna, tata letak tombol, hingga jenis huruf.
Sementara UX Designer bertanggung jawab pada keseluruhan pengalaman saat produk itu digunakan. Ia memastikan alurnya logis dan mudah digunakan.
Nah, pekerjaan ini membutuhkan empati mendalam, yang tak bisa dikerjakan oleh AI.
Seorang UI/UX Designer harus bisa menempatkan diri di posisi pengguna, memahami kebutuhan, rasa frustrasi, dan tujuan mereka.
Kemampuan untuk menerjemahkan kebutuhan manusia menjadi sebuah desain yang fungsional membuat peran ini sangat sulit digantikan oleh mesin.
3. Content Creator & Storyteller
Siapa bilang content creator cuma soal bikin konten TikTok atau Instagram?
Di era digital ini, storytelling menjadi salah satu skill paling dibutuhkan di dunia kerja.
Setiap brand, startup, sampai korporasi besar butuh orang yang bisa menceritakan story dari produk mereka dengan cara yang engaging dan autentik.
AI memang bisa membuat draft konten, tetapi bisakah AI menciptakan cerita yang bikin kamu nangis atau ketawa sampai perut sakit? Obviously not!
Cerita yang bagus itu lahir dari pengalaman hidup, emosi, dan perspektif unik manusia.
Contohnya, coba lihat brand seperti Wardah, Gojek, atau Traveloka. Mereka nggak cuma jualan produk, tetapi juga menjual cerita tentang empowerment, petualangan, dan impian.
Content creator di balik kampanye merekalah yang menciptakan emotional connection dengan audience.
4. Marketing & Brand Manager
Kalau dulu seorang marketer identik dengan memasang iklan, kini perannya telah berevolusi menjadi lebih strategis, yaitu membangun jiwa dan reputasi sebuah merek (brand).
Dan, di era AI, profesi ini justru semakin kompleks dan menarik!
Contohnya, AI bisa membantu menganalisis bahwa produkmu populer di kalangan mahasiswa Jakarta usia 19-23 tahun.
Nah, seorang Marketing & Brand Manager yang akan menerjemahkan data tersebut menjadi strategi pemasaran. Misal, membuat campaign produk limited edition untuk back-to-school season, dan berkolaborasi dengan kampus-kampus.
Lingkup pekerjaannya mencakup digital marketing, brand positioning, consumer insight, campaign management, serta partnership & collaboration.
Pekerjaan ini menuntut perpaduan antara intuisi, kreativitas, dan pemahaman mendalam tentang psikologi manusia serta tren budaya.
5. Business Development & Partnership
Kamu tipe orang yang extrovert, suka networking, dan punya kemampuan persuasi yang kuat? Business Development (BD) akan menjadi profesi sempurna buat kamu!
Di era digital ini, BD justru jadi salah satu posisi paling strategis di perusahaan.
AI bisa analisis market opportunities, tetapi manusia yang membangun relationships dan close deals.
Plus, dengan banyaknya startup dan tech companies, kebutuhan profesi BD yang dapat mengidentifikasi dan menjalin hubungan kerja sama semakin tinggi.
Mengapa pekerjaan ini belum bisa digantikan AI?
Ingat, bisnis itu people to people. Kepercayaan dan hubungan antar manusia adalah dasar dari kerja sama yang menguntungkan.
6. Leadership & Change Management Roles
Buat kamu yang punya jiwa kepemimpinan dan suka memotivasi orang lain, leadership roles adalah pekerjaan tepat!
Seorang leader bertugas menetapkan visi, menginspirasi tim untuk percaya pada tujuan bersama, dan memandu mereka melewati gelombang ketidakpastian.
Misalnya, ketika perusahaan mengadopsi teknologi AI baru, pasti akan muncul pertanyaan, kecemasan, bahkan penolakan dari para karyawan.
Nah, di sinilah peran manusia dibutuhkan.
Seorang pemimpin harus mampu mengelola “sisi manusia” dari sebuah perubahan, memastikan tidak ada yang tertinggal, dan membangun budaya kerja positif.
Kemampuan untuk menginspirasi, berempati, dan membuat keputusan sulit berdasarkan nilai dan etika tidak akan pernah bisa diotomatisasi.
Jenjang karier pekerjaan ini, yakni Team Lead / Supervisor, Manager, Senior Manager, Director, Vice President, hingga C-Level Executive (CEO, COO, dll.)
7. Profesi Berbasis Layanan Manusia (Education, Healthcare, Counseling, etc.)
Manusia butuh sentuhan manusia lain untuk healing, learning, dan growing.
Biarpun teknologi terus berkembang, kebutuhan akan human care dan empati nggak akan pernah hilang.
Bayangkan kamu lagi sakit, pasti lebih pilih konsultasi ke dokter yang bisa memahami kondisi kamu, kan?
Contoh lain, seorang siswa tidak hanya butuh materi pelajaran, tetapi juga seorang guru yang bisa melihat potensinya, memberinya semangat saat gagal, dan menginspirasinya.
Walaupun AI kelak dapat membantu dokter menganalisis data rekam medis atau membantu guru menciptakan program belajar, sentuhan akhir berupa perhatian, motivasi, dan perawatan tulus akan selalu datang dari sesama manusia.
Skill yang Perlu Dikembangkan untuk Sukses di Era AI
Nah, setelah tahu berbagai peluang karier yang dibutuhkan, sekarang kamu perlu tahu skill yang bisa kamu mulai asah dari sekarang, bahkan sebelum lulus kuliah!
Skill inilah yang membedakanmu dari AI dan membuatmu tak tergantikan.
Mari kita bahas satu per satu, ya!
1. Critical Thinking
Kemampuan untuk menganalisis informasi mendalam, membedakan fakta dari opini, dan tidak menelan mentah-mentah data yang disajikan oleh AI.
Contohnya, AI mampu memberikan 10 ide untuk masalah bisnis. Nah, tugasmu adalah memilih mana ide yang paling masuk akal dan paling sejalan dengan tujuan perusahaan.
Selain itu, berpikir kritis artinya kamu tidak gampang percaya dan selalu melihat masalah dari banyak sisi.
Kamu tidak bisa asal menerima jawaban, melainkan harus bertanya “mengapa?” dan “bagaimana jika”.
2. Creativity & Innovation
Kemampuan untuk menghasilkan ide-ide orisinal, menghubungkan konsep-konsep yang tampaknya tidak berhubungan, dan menemukan solusi out-of-the-box.
3. Emotional Intelligence
Kemampuan untuk memahami, mengelola, mengekspresikan emosi, serta berempati terhadap orang lain.
Skill ini sangat dibutuhkan untuk kerja sama tim, negosiasi, dan kepemimpinan.
4. Collaboration & Leadership
Di dunia kerja, masalah besar diselesaikan oleh tim, bukan individu.
Kemampuan untuk bekerja sama, menginspirasi orang lain, dan memimpin sebuah proyek menuju tujuan bersama adalah skill yang sangat mahal.
5. Digital Literacy
Literasi digital di era AI berarti kamu paham cara memanfaatkan teknologi sebagai alat bantu, tahu cara berinteraksi dengan AI untuk mendapatkan hasil terbaik, dan sadar isu etika di dunia digital.
Jangan Takut Digantikan AI, Justru Manfaatkan!
Setelah memahami peran manusia yang tak tergantikan dan skill apa saja yang perlu dikuasai, maka jangan lagi melihat AI sebagai saingan, ya.
Mulailah melihatnya sebagai partner kerja!
Biarkan AI yang melakukan pekerjaan menganalisis ribuan data, membuat draf pertama, atau mengotomatisasi tugas-tugas repetitif.
Sementara kamu bisa fokus menggunakan skill berpikir strategis, bernegosiasi dengan klien, memimpin tim, dan memberikan sentuhan kreatif.
Yuk, asah skill terbaikmu dan menjadi talenta digital unggulan di era AI!