7 Skill Wajib untuk Digital Marketer Pemula Agar Kariermu Sukses

Berita Thumbnail
Selasa, 15 Juli 2025

7 Skill Wajib untuk Digital Marketer Pemula Agar Kariermu Sukses

Profesi sebagai digital marketer sedang naik daun dan banyak dicari, tetapi untuk menjadi talenta yang unggul, kamu perlu membekali diri dengan beberapa skill wajib.

Ketahui skill apa saja itu di artikel ini, yuk!

Kenapa Skill Digital Marketing Penting di Era Sekarang?

Coba ingat-ingat lagi, kapan terakhir kali kamu melihat iklan di koran atau menunggu jadwal siaran TV hanya untuk melihat promosi sebuah produk? 

Kemungkinan besar, sudah cukup lama, atau bahkan tidak pernah lagi, kan?

Sekarang, coba bandingkan dengan berapa kali hari ini kamu melihat iklan saat sedang scroll TikTok, menonton YouTube, atau mencari sesuatu di Google?

Nah, perubahan perilaku inilah yang menjelaskan mengapa skill digital marketing sangat penting di era sekarang.

Perhatian audiens sekarang tertuju pada layar smartphone. Itulah sebabnya, perusahaan-perusahaan mengalihkan anggaran pemasaran mereka besar-besaran ke ranah digital. 

Mereka butuh orang-orang yang bisa membantu mereka tampil dan menjalin komunikasi dengan pelanggan di dunia maya.

Akibatnya, permintaan talenta yang menguasai skill digital marketing meningkat, seperti Social Media Specialist, SEO Specialist, Content Creator, Ads Specialist, dan lainnya.

7 Skill Utama yang Harus Dimiliki Digital Marketer Pemula 

1. Search Engine Optimization (SEO)

SEO adalah strategi untuk mengoptimalkan konten supaya tampil di hasil pencarian Google secara organik, tanpa iklan berbayar.

Sebab, jutaan orang menggunakan Google setiap hari untuk menemukan jawaban atas masalah mereka. 

Nah, dengan muncul di halaman pertama, kontenmu akan mendapatkan trafik pengunjung yang gratis & berkualitas. Apalagi orang yang datang dari Google cenderung lebih siap untuk membeli karena mereka aktif mencari.

Kamu dapat mulai belajar dengan memahami dasar-dasar riset kata kunci (keyword research), yakni mencari tahu apa saja yang diketik orang di Google. 

Di samping itu, kuasai juga on-page SEO, seperti teknik membuat judul dan konten yang memasukkan kata kunci tersebut dengan cara alami dan memberikan informasi.

2. Social Media Marketing

Miliaran orang di seluruh dunia menghabiskan waktu berjam-jam setiap hari di media sosial. Kebiasaan ini dapat kita manfaatkan untuk membangun brand awareness, menjangkau audiens, dan meningkatkan penjualan.

SMM merupakan strategi memasarkan produk, jasa, atau konten melalui platform media sosial seperti Instagram, TikTok, Facebook, X, dan LinkedIn. 

Mulailah dengan memahami karakteristik unik dari masing-masing platform. Konten yang berhasil di TikTok tentu berbeda dengan konten untuk LinkedIn. 

Pelajari juga teknik menyusun rencana konten (content plan) sederhana, menulis caption, dan membaca metrik dasar seperti engagement rate (tingkat interaksi) dan jumlah followers.

3. Content Marketing

SMM adalah tempat kamu berbicara dengan audiens, sementara Content Marketing adalah cara kamu berbicara dengan audiens.

Content Marketing adalah strategi menciptakan dan membagikan konten yang relevan dan konsisten untuk menarik dan membangun hubungan dengan audiens. 

Sebab, orang tidak suka terus-menerus dijuali sesuatu. Kita perlu menyediakan konten yang bermanfaat untuk membangun kepercayaan dan memposisikan diri sebagai ahli di bidangnya. 

Sebagai seorang pemula, kamu bisa mulai belajar cara memahami apa yang ingin diketahui oleh audiens. 

Kemudian, belajar cara membuat editorial plan untuk merencanakan topik apa saja yang akan dibuat. 

Selanjutnya, coba buat berbagai jenis format konten sederhana, misalnya menulis artikel atau membuat desain infografis sederhana menggunakan Canva.

4. Copywriting

Copywriting adalah teknik menulis teks yang bertujuan membujuk atau mendorong pembaca melakukan suatu tindakan tertentu, seperti mengklik tombol, mendaftar newsletter, atau membeli produk. 

Untuk mempelajarinya, kamu bisa mulai dulu dari memahami formula-formula dasar copywriting seperti AIDA (Attention, Interest, Desire, Action) atau PAS (Problem, Agitate, Solution).

Asah kemampuanmu dalam menciptakan judul yang eye-catching dan kalimat pembuka yang mampu membuat pembaca tertarik untuk melanjutkan bacaan.

Amati cara brandbrand ternama menyusun iklan atau deskripsi produk mereka, kemudian praktikkan dengan menulis ulang menggunakan gayamu sendiri.

5. Data Analytics

Data Analytics merupakan proses mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan data dari berbagai kampanye pemasaran untuk memahami apa yang berhasil, apa yang tidak, dan mengapa.

Jika ingin belajar, coba mulai dari membiasakan diri membaca dasbor analitik yang sudah disediakan oleh setiap platform, seperti Instagram Insights, TikTok Analytics, atau Google Analytics. 

Selanjutnya, pahami makna dari metrik-metrik dasar seperti reach (jangkauan), engagement rate (tingkat interaksi), dan click-through rate (rasio klik-tayang).

6. Paid Advertising (SEM & Social Media Ads)

Membangun audiens dengan cara organik membutuhkan waktu. Oleh karena itu, sebagai digital marketer pemula, kamu perlu memahami paid advertising, mencakup Search Engine Marketing (SEM) dan Social Media Ads.

SEM yaitu memasang iklan di hasil pencarian Google, sedangkan Social Media Ads yaitu memasang iklan di Instagram, Facebook, atau Tiktok.

Mulai dengan memahami struktur kampanye iklan di platform Meta (Facebook & Instagram) Ads Manager. 

Selanjutnya, kuasai cara menetapkan objektif kampanye, teknik menentukan target audiens, dan metode mengatur budget harian. Pahami juga metrik-metrik dasar seperti CPC (Cost Per Click) dan ROAS (Return on Ad Spend).

7. Email Marketing

Email Marketing adalah strategi mengirimkan pesan komersial atau informasi kepada sekelompok orang melalui email.

Email sangat efektif untuk menjaga hubungan dengan pelanggan yang sudah ada, memberikan penawaran eksklusif, membagikan newsletter, dan mengarahkan mereka kembali ke website atau toko online-mu. 

Kuasai teknik membangun daftar email dengan cara yang tepat, seperti memberikan e-book gratis atau potongan harga kepada orang yang bersedia mendaftar. 

Selanjutnya, pelajari penggunaan platform email marketing, seperti Mailchimp. Asah keahlianmu dalam menciptakan judul email yang eye-catching dan menyusun konten email yang efektif.

Cara Praktis Mempelajari Skill Digital Marketing 

1. Manfaatkan Kursus Online Gratis Bersertifikat 

Manfaatkan Google Digital Garage untuk belajar dasar-dasar SEO dan SEM, Meta Blueprint untuk mendalami iklan Facebook & Instagram, serta HubSpot Academy untuk belajar tentang content marketing

Banyak dari kursus tersebut bahkan menyediakan sertifikat gratis yang dapat kamu tampilkan di profil LinkedIn sebagai bukti keahlianmu.

2. Buat Proyek Pribadi 

Teori tanpa praktik tidak akan ada artinya. Buat sebuah proyek pribadi yang bisa kamu jadikan portofolio.

Misalnya, bikin blog tentang hobi atau topik favoritmu, bangun akun Instagram untuk personal branding-mu, atau buat channel YouTube sederhana. Di sinilah kamu bisa mencoba menerapkan semua teori yang kamu pelajari tanpa takut gagal.

3. Ikuti Para Praktisi dan Bergabung dengan Komunitas

Jangan hanya belajar dari buku. Ikuti para ahli dan praktisi digital marketing di LinkedIn, X (Twitter), atau YouTube. Perhatikan cara mereka menganalisis sebuah kampanye atau tren terbaru. 

Selain itu, bergabunglah dengan komunitas atau grup online yang membahas tentang digital marketing. Di sana kamu bisa bertanya, berdiskusi, dan belajar dari pengalaman orang lain.

4. Cari Pengalaman Magang atau Volunteer

Setelah punya bekal dasar, carilah pengalaman langsung di dunia kerja. Kamu tidak harus langsung magang di perusahaan besar. 

Coba tawarkan bantuan untuk mengelola media sosial Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), menjadi tim publikasi acara kampus, atau membantu usaha kecil milik teman atau keluarga.

5. Masuk Bidang Studi yang Relevan

Belajar mandiri memang bagus, tetapi kalau kamu ingin serius menempuh karier dan punya pemahaman mendalam, lebih baik menempuh pendidikan formal karena akan memberimu kurikulum jelas dan bimbingan dari para dosen berpengalaman.

Salah satu bidang studi yang banyak mempelajari mata kuliah relevan terkait digital marketing adalah Bisnis Digital.

Secara umum, bidang studi ini mempelajari keterkaitan antara strategi bisnis, teknologi, dan pemasaran dalam platform digital.

Misalnya, di Konsentrasi Bisnis Digital S1 Manajemen FEB Universitas Trisakti, kamu akan menemukan mata kuliah Digital Marketing, Social Media Marketing, Big Data Analytics, Customer Relationship Management, Website Design and Development, dan lainnya.

Kalau ingin tahu lebih lanjut tentang Konsentrasi Bisnis Digital Usakti, kamu bisa mengunjungi Instagram @bisnis_digitalusakti atau baca artikel-artikelnya di website Bisnis Digital Usakti, ya.

Itulah dia skill wajib untuk digital marketer pemula yang dapat kamu pelajari mulai sekarang. 

Semoga bermanfaat!

Manfaat AI untuk Bisnis: Apakah Menguntungkan atau Merugikan?

Berita Thumbnail
Senin, 14 Juli 2025

Manfaat AI untuk Bisnis: Apakah Menguntungkan atau Merugikan?

Kamu pasti sudah tidak asing lagi dengan Artificial Intelligence (AI), kan? Saat ini AI marak digunakan untuk membantu tugas sehari-hari, termasuk bisnis.

Yap, manfaat AI untuk bisnis sangat beragam dan dapat meningkatkan efisiensi operasional.

Ketahui penjelasan lengkapnya di artikel ini, yuk!

Seberapa Penting AI dalam Transformasi Bisnis Saat Ini? 

Sangat penting. Sebagian perusahaan saat in sudah memanfaatkan AI untuk membantu proses bisnisnya agar berjalan lebih efisien dan produktif.

McKinsey Global Institute bahkan melaporkan perusahaan yang mengadopsi AI bisa meningkatkan produktivitas hingga 40%.

Pertama, AI bisa mengotomatisasi tugas-tugas repetitif dan memakan waktu. Misalnya, menjawab pertanyaan umum pelanggan melalui chatbot atau menyortir otomatis ribuan email masuk.

Kedua, AI memiliki kemampuan analisis data yang luar biasa. Kemampuan ini sangat dibutuhkan karena bisnis menghasilkan data besar setiap harinya. 

Nah, AI dapat membantu menganalisis data tersebut dan memberikan insights untuk pengambilan keputusan. 

Ketiga, AI mampu meningkatkan personalisasi pelanggan. Melalui analisis riwayat pembelian dan perilaku browsing, AI dapat memberikan rekomendasi produk untuk setiap individu.

Contoh Pemanfaatan AI yang Terbukti Menguntungkan Bisnis 

1. Rekomendasi Produk di E-commerce

Pernah kamu heran mengapa Tokopedia atau Shopee seolah tahu persis barang apa yang sedang kamu butuhkan? Atau, mengapa Netflix bisa merekomendasikan film yang sangat sesuai dengan seleramu? 

Nah, di balik semua itu ada AI yang membantu merekomendasikannya, lho.

AI mampu menganalisis riwayat tontonan atau pembelian, membandingkannya dengan jutaan pengguna lain, lalu menyajikan produk yang kemungkinan besar akan kamu sukai.

2. Chatbot dan Asisten Virtual untuk Layanan Pelanggan

Saat kamu bertanya pertanyaan umum terkait sebuah layanan melalui fitur chat, sering kali yang pertama kali membalas bukan manusia, melainkan chatbot AI. 

Chatbot ini dilatih untuk menjawab ribuan pertanyaan umum dengan cepat. Chatbot sangat menguntungkan bisnis karena bisa mengurangi waktu tunggu pelanggan.

3. Penargetan Iklan yang Lebih Tepat Sasaran

Dulu, iklan dipasang secara massal atau kita harus berpikir lebih keras untuk menentukan target audiensnya.

Kini, dengan AI, iklan bisa ditampilkan hanya kepada orang-orang yang paling berpotensi tertarik. Platform seperti Meta dan Google sudah menggunakan AI untuk menganalisis demografi, minat, dan perilaku online pengguna. 

Hal ini sangat membantu bisnis untuk menggunakan anggaran iklan mereka jauh lebih efisien dan efektif.

4. Sistem Deteksi Penipuan di Sektor Keuangan

Setiap kali kamu melakukan transaksi dengan kartu kredit atau e-wallet, ada AI yang bekerja di belakang layar. Sistem AI ini menganalisis pola transaksimu. 

Jika tiba-tiba ada transaksi yang tidak wajar, misalnya pembelian dalam jumlah besar di negara lain, sistem akan langsung menandainya sebagai potensi penipuan dan mengirimkan peringatan. 

Tantangan dan Risiko Penggunaan AI dalam Dunia Bisnis 

1. Kualitas dan Bias Data

AI belajar dari data yang kita berikan. 

Jika data yang digunakan untuk melatih AI ternyata tidak akurat, tidak lengkap, atau mengandung prasangka tertentu, maka hasil keputusan AI juga akan bias. 

Misalnya, sebuah sistem AI untuk rekrutmen hanya dilatih dengan data dari karyawan laki-laki, maka sistem tersebut kemungkinan juga akan memprioritaskan pelamar laki-laki saja. 

2. Keamanan Siber dan Privasi 

Sistem AI mengolah data dalam jumlah besar, termasuk data sensitif pelanggan. Jika tidak hati-hati, data ini akan menjadi target menarik bagi para peretas. 

Apabila terjadi kebocoran data, perusahaan tidak hanya rugi finansial, tetapi juga dapat menghancurkan kepercayaan pelanggan.

3. Biaya Implementasi dan Perawatan yang Mahal

Mengembangkan atau membeli sistem AI, membangun infrastruktur data, dan mempekerjakan talenta ahli membutuhkan investasi awal yang tidak sedikit, ya.

Selain itu, ada juga biaya perawatan dan pembaruan sistem berkala agar AI tetap relevan dan berfungsi optimal.

4. Kurangnya Tenaga Ahli (Talent Gap)

Saat ini, permintaan orang profesional yang benar-benar memahami AI, seperti Data Scientist, AI Specialist, atau Machine Learning Engineer, jauh lebih tinggi daripada jumlah talenta yang tersedia. 

Kesenjangan ini membuat perusahaan kesulitan mencari tenaga ahli dan membuat persaingan untuk mendapatkan talenta terbaik.

5. Ketergantungan Berlebihan

Terlalu bergantung pada sistem AI tanpa adanya pengawasan manusia dapat menjadi bumerang, lho!

Sebab itu, bisnis perlu memiliki rencana darurat dan memastikan keputusan akhir tetap melibatkan pertimbangan manusia.

Bagaimana Bisnis Bisa Mengoptimalkan AI Secara Aman? 

1. Mulai dari Masalah yang Jelas, Bukan dari Teknologi

Jangan menggunakan AI hanya karena sedang tren saja, ya. Pendekatan terbaik adalah mulai dari masalah bisnis yang spesifik. 

Identifikasi dulu apa masalah yang ingin diselesaikan, misal tingginya keluhan pelanggan karena respon lambat, biaya iklan membengkak tanpa hasil, atau banyaknya kesalahan input data manual.

Setelah masalahnya jelas, baru cari tahu apakah AI bisa menjadi solusi untuk menyelesaikannya.

2. Prioritaskan Kualitas dan Etika Data 

Sebelum melatih sistem AI, data yang digunakan harus bersih, akurat, dan tidak mengandung bias. 

Bentuk sebuah tim atau komite etika data untuk memastikan data pelanggan dikelola  bertanggung jawab dan sesuai regulasi privasi yang berlaku.

3. Terapkan Prinsip “Human in the Loop

Jangan serahkan 100% keputusan kepada AI, ya, apalagi yang bersifat strategis dan penting. Selalu tempatkan manusia sebagai pengawas akhir. 

AI memang dapat memberikan rekomendasi, menganalisis data, dan mengotomatisasi proses, tetapi pertimbangan akhir yang melibatkan intuisi, pengalaman, dan nilai-nilai kemanusiaan harus tetap berada di tangan manusia.

4. Investasi pada Keamanan Siber

Terapkan protokol keamanan ketat untuk melindungi infrastruktur data dan sistem AI dari serangan siber. 

Kepercayaan pelanggan adalah aset yang sangat mahal. Sekali hilang, akan sangat sulit untuk dibangun kembali.

5. Bangun Talenta Internal

Daripada bergantung pada konsultan eksternal, lebih baik berinvestasi untuk meningkatkan kemampuan tim internal. 

Berikan pelatihan kepada karyawan tentang dasar-dasar AI dan analisis data. 

Sementara untuk jangka panjang, rekrut talenta yang ahli dalam teknis, memahami proses bisnis, dan kesadaran etis tinggi.

Nah, kalau mau belajar lebih banyak terkait manfaat AI untuk bisnis, kamu perlu memulainya dari masuk studi yang belajar bisnis dan teknologi di era digital, seperti Bisnis Digital.

Salah satu tempat terbaik untuk mempelajari hal ini adalah di Konsentrasi Bisnis Digital S1 Manajemen FEB Universitas Trisakti.

Selain mempelajari tentang AI, kamu juga akan mendalami beberapa mata kuliah lain, seperti Digital Marketing, Etika Bisnis, Social Media Marketing, dan banyak lagi!

Yuk, kunjungi Instagram @bisnis_digitalusakti atau baca artikel-artikel kami untuk tahu lebih banyak tentang Konsentrasi Bisnis Digital Usakti!

Apa Itu Artificial General Intelligence (AGI) dan Dampaknya bagi Bisnis?

Berita Thumbnail
Rabu, 09 Juli 2025

Apa Itu Artificial General Intelligence (AGI) dan Dampaknya bagi Bisnis?

Belum selesai dengan Artificial Intelligence (AI), kini kita sudah harus siap menghadapi Artificial General Intelligence (AGI).

Teknologi ini digadang-gadang akan menjadi revolusi terbesar berikutnya. Sebenarnya apa itu AGI? Dan apa dampaknya bagi dunia bisnis dan karier kita?

Simak penjelasannya di artikel ini, yuk!

Mengenal AGI: Evolusi dari Artificial Intelligence 

Kamu pasti sudah akrab dengan Artificial Intelligence (AI) dan sering menggunakannya sehari-hari, kan? Namun, tahukah kamu bahwa semua AI yang kita gunakan saat ini sebenarnya masih berada di level awal?

AI yang kita kenal saat ini sering disebut sebagai Narrow AI atau Weak AI. Sebab, ia sangat terspesialisasi dan hanya jago dalam satu bidang tugas. 

Contohnya, ChatGPT pandai dalam mengolah teks, tapi ia tidak bisa mengemudikan mobil. AI di mobil Tesla pandai menyetir, tapi ia tidak bisa membuatkanmu resep masakan.

Sebab itulah konsep Artificial General Intelligence (AGI) muncul sebagai evolusi AI berikutnya. AGI disebut memiliki kemampuan kognitif setara, bahkan melampaui manusia.

Nantinya AGI tidak hanya pandai di satu bidang, tetapi bisa belajar, memahami, dan menerapkan pengetahuannya di berbagai domain yang sama sekali berbeda, layaknya seorang manusia. 

Ia bisa belajar menulis novel, lalu beralih mempelajari cara merancang arsitektur gedung, kemudian menganalisis data pasar saham, semuanya dengan tingkat pemahaman dan kreativitas setara para ahli di bidangnya.

Perbedaan AGI dengan AI Biasa yang Harus Kamu Tahu 

Agar kamu lebih mudah memahaminya, coba lihat perbedaan AGI dan AI di tabel ini:

FiturAI Biasa (Narrow AI)AGI (Artificial General Intelligence)
Lingkup KemampuanHebat dalam satu tugas spesifik. Misalnya, menerjemahkan bahasa, mengenali wajah.Mampu belajar, memahami, dan melakukan berbagai tugas yang tidak saling berhubungan.
Cara BelajarPerlu dilatih dengan jutaan data untuk setiap tugas baru. Tidak bisa mentransfer ilmunya ke bidang lain.Dapat belajar dari pengalaman, membaca, dan mentransfer pengetahuan dari satu domain ke domain lainnya.
PemahamanBekerja dengan mencocokkan pola data tanpa benar-benar memahami makna atau konteksnya.Memiliki pemahaman mendalam, akal sehat (common sense), dan kesadaran akan sebab-akibat.
FleksibilitasKaku, tidak bisa beradaptasi jika dihadapkan pada masalah baru di luar lingkup latihannya.Sangat adaptif, mampu berpikir kreatif dan fleksibel untuk memecahkan masalah yang belum pernah ditemui sebelumnya.

Potensi & Dampak AGI dalam Dunia Bisnis Digital 

1. Strategi Bisnis yang Sepenuhnya Otonom

Maksudnya, AGI dapat menganalisis data pasar, tren konsumen, dan performa kompetitor untuk merumuskan dan mengeksekusi strategi bisnis tanpa campur tangan manusia.

Misalnya, AGI diberi satu tujuan besar, contohnya ‘tingkatkan pangsa pasar sebesar 10%’. Ia akan mencari cara terbaiknya sendiri untuk mencapai tujuan tersebut.

2. Hiper-Personalisasi dalam Customer Experience

AGI dapat menciptakan pengalaman pelanggan yang dipersonalisasi untuk setiap individu. Setiap interaksi akan menjadi unik dan menyesuaikan kebutuhan spesifik masing-masing pelanggan.

Contohnya, AGI dalam website e-commerce mampu menganalisis preferensi, perilaku browsing, riwayat pembelian, bahkan mood pelanggan untuk menyajikan produk, konten, dan layanan yang tepat. 

3. Inovasi Produk yang Berkelanjutan

AGI memiliki kemampuan membaca dan memahami seluruh pengetahuan manusia yang ada di internet. 

Nah, dengan kemampuan ini, AGI mampu mengidentifikasi masalah atau kebutuhan manusia yang belum terpenuhi, lalu merancang konsep produk atau layanan baru dari nol, lengkap dengan desain teknis dan model bisnisnya.

4. Memecahkan Masalah Bisnis Kompleks

Ketika sebuah perusahaan menghadapi krisis, tim manusia membutuhkan waktu untuk mengumpulkan data dan merespons. 

Sementara itu, AGI dapat menganalisis jutaan variabel dalam hitungan detik, memprediksi dampak dari setiap kemungkinan tindakan, dan merekomendasikan solusi untuk mengatasi masalah kompleks tersebut sebelum dampaknya meluas.

Apakah AGI Mengancam atau Mendukung Bisnis di Masa Depan? 

Melihat kecanggihannya, tentu terselip rasa khawatir tentang kehadiran AGI. 

Para ahli teknologi, pebisnis, dan filsuf di seluruh dunia pun menyimpan kekhawatiran dan pertanyaan yang sama hingga menjadi perdebatan sengit.

Jawabannya tidak sederhana, karena AGI ibarat pedang bermata dua, ia membawa dukungan yang luar biasa besar, sekaligus ancaman yang sama besarnya jika tidak dikelola dengan bijaksana.

Ancaman AGI

Kekhawatiran utama dari munculnya AGI adalah disrupsi pasar tenaga kerja dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. 

Jika AI biasa mengancam pekerjaan repetitif, AGI berpotensi menggantikan peran-peran yang membutuhkan kognisi tingkat tinggi, seperti analis keuangan, pengacara, manajer strategis, dan beberapa peran kreatif. 

Selain itu, ada juga risiko etis dan konsentrasi kekuasaan. 

Siapa yang bertanggung jawab kalau sebuah AGI yang mengelola investasi global membuat keputusan yang menyebabkan krisis ekonomi? Dan apa yang terjadi kalau hanya satu atau dua perusahaan raksasa yang berhasil menciptakan AGI? 

Mereka dapat memiliki keunggulan tak tertandingi, berpotensi memonopoli pasar, dan mematikan inovasi dari bisnis-bisnis yang lebih kecil.

Dukungan AGI

Di sisi lain, potensi positif AGI sangatlah luar biasa. 

AGI kemungkinan besar dapat memecahkan masalah-masalah paling mendesak di dunia, seperti menemukan obat untuk penyakit-penyakit berat, menciptakan sumber energi bersih yang efisien, atau mengatasi perubahan iklim. 

Keberhasilan dalam area ini tentu akan membuka industri dan model bisnis baru.

Sementara bagi bisnis, AGI menjanjikan tingkat efisiensi dan inovasi tak terbatas. Proses penemuan produk baru bisa dipercepat dari tahunan menjadi hitungan hari. 

Operasional bisnis bisa berjalan nyaris tanpa kesalahan dengan biaya rendah. Produk dan layanan berkualitas tinggi pun menjadi jauh lebih mudah diakses dan terjangkau oleh semua orang.

Maka kesimpulannya, apakah AGI akan menjadi ancaman atau dukungan tidak ditentukan oleh teknologi itu sendiri, melainkan oleh bagaimana kita sebagai manusia mempersiapkan dan mengarahkannya

Peran manusia di masa depan kemungkinan besar akan bergeser. Kita tidak lagi bersaing dengan AI dalam hal kecepatan atau analisis data. 

Sebaliknya, peran kita akan menentukan tujuan dan nilai-nilai panduan bagi AGI, memastikan penggunaannya etis, serta kreativitas, empati, dan hubungan antarmanusia.

Karena itu, cara terbaik untuk menghadapi masa depan ini adalah dengan rasa ingin tahu dan kemauan untuk belajar. 

Kita perlu memahami dasar-dasar teknologi, data, dan etika digital agar dapat bekerja sama dengan AGI.

Nah, salah satu cara terbaik untuk mempersiapkan diri dengan semua itu adalah belajar fondasi teknologi dan bisnis digital melalui bidang studi yang tepat, seperti Konsentrasi Bisnis Digital S1 Manajemen FEB Universitas Trisakti.

Di konsentrasi ini, kamu akan menemukan mata kuliah seperti Artificial Intelligence, Data Analytics, Technopreneurship, Internet of Things (IoT), Digital Marketing, Etika Bisnis, dan banyak lagi!

Mata kuliah ini sangat diperlukan untuk membekalimu dengan keahlian yang relevan dan siap bersaing di industri teknologi masa depan.

Tertarik mendalami konsentrasi ini lebih lanjut? Yuk, kunjungi Instagram @bisnis_digitalusakti atau baca artikel-artikel kami di sini.

Semoga bermanfaat!

Ide Side Hustle Menjanjikan yang Bisa Dicoba Mahasiswa Bisnis Digital

Berita Thumbnail
Selasa, 08 Juli 2025

Ide Side Hustle Menjanjikan yang Bisa Dicoba Mahasiswa Bisnis Digital

Mau punya penghasilan tambahan saat kuliah Bisnis Digital? 

Kamu bisa menjalankan side hustle atau pekerjaan sampingan untuk menambah uang jajan sekaligus membangun portofolio untuk bekal melamar kerja nanti, lho!

Apalagi kuliah di Bisnis Digital artinya kamu memiliki banyak kemampuan yang sangat relevan dan dibutuhkan di dunia kerja saat ini.

Penasaran apa saja side hustle yang menjanjikan dan cocok untuk mahasiswa Bisnis Digital? Simak artikel ini, yuk!

Kenapa Mahasiswa Harus Memulai Side Hustle Sejak Kuliah? 

Banyak mahasiswa menganggap masa kuliah sebagai waktu untuk fokus belajar, mengejar IPK, dan aktif di organisasi. 

Urusan mencari uang atau pengalaman kerja bisa nanti-nanti setelah lulus. 

Padahal, tidak ada salahnya, lho, memulai side hustle selagi kuliah. Sebab, waktu luangmu akan lebih produktif.

Selain itu, dengan memulai side hustle sejak kuliah, kamu dapat:

1. Mempraktikkan Teori di Kelas

Kamu memang belajar strategi pemasaran di kelas, tetapi dengan side hustle, kamu langsung praktik menjalankan iklan sendiri.

Pengalaman seperti ini akan membantumu memahami teori lebih dalam dibandingkan hanya membaca buku atau mendengarkan penjelasan dosen saja.

2. Membangun Portofolio

Misalnya, karena kamu mempelajari Bisnis Digital, kamu menjadi Admin Media Sosial sebuah bisnis sebagai side hustle

Nah, dari pekerjaan ini kamu bisa mengumpulkan hasil kerjamu, seperti konten yang sudah dibuat, laporan performa media sosial, atau strategi kampanye yang berhasil meningkatkan engagement

Semua ini akan menjadi bukti kemampuanmu yang bisa ditunjukkan ke calon employer nantinya.

3. Melatih Soft Skill dan Hard Skill

Menjalankan side hustle akan memaksamu untuk belajar mengatur waktu antara kuliah dan pekerjaan, berkomunikasi dengan klien, bernegosiasi harga, dan bertanggung jawab atas hasil kerjamu. 

Semua itu adalah soft skill yang tidak selalu bisa didapatkan di dalam kelas.

Sementara itu, dari segi hard skill, kamu akan dipaksa untuk menguasai tools dan teknik yang dibutuhkan dalam pekerjaanmu. 

Misalnya, kalau kamu menjadi freelance graphic designer, kamu akan lebih mahir menggunakan software, seperti Photoshop atau Illustrator. 

Kombinasi kedua jenis skill ini akan menyiapkanmu menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya.

4. Membuka Koneksi dan Peluang Baru

Setiap klien atau proyek yang kamu tangani bisa membuka jalan ke jaringan profesional yang lebih besar. 

Orang-orang yang kamu kenal lewat side hustle ini juga mungkin suatu hari nanti bisa jadi partner kerja atau bahkan bos kamu di kemudian hari.

7 Ide Side Hustle Praktis & Menguntungkan untuk Mahasiswa Bisnis Digital

1. Admin Media Sosial

Kalau sudah terbiasa menggunakan berbagai platform media sosial, kamu bisa menawarkan jasa mengurus akun media sosial bisnis kecil atau organisasi.

Kamu akan bertanggung jawab membuat konten, mengatur jadwal posting, menulis caption, membalas komentar atau pesan, serta analisis sederhana performa konten.

Cara memulainya, coba tawarkan jasamu ke lingkungan terdekat dulu. Misalnya, UKM di kampus atau usaha kecil milik teman/keluarga. 

Tak perlu mematok harga kalau belum berpengalaman, anggap saja sebagai pembelajaran gratis. Namun, kalau sudah percaya diri dan mampu memberikan hasil, kamu juga sah-sah saja mematok harga.

2. Content Writer & Copywriter

Suka menulis dan merangkai kata? Maka side hustle ini cocok untukmu!

Namun, jangan disalah artikan sebagai satu pekerjaan, ya. Content Writer dan Copywriter memang sering dianggap sama, padahal sebenarnya berbeda, lho. 

Content Writer bertugas menulis konten informatif dan edukatif, contohnya artikel blog atau postingan media sosial. 

Sementara itu, copywriter bertanggung jawab menulis teks persuasif untuk tujuan penjualan, seperti naskah iklan atau deskripsi produk.

Nah, untuk memulainya, kamu perlu membangun portofolio lebih dulu. Caranya, buat tulisanmu dan posting di blog pribadi. Atau, kamu juga bisa menulis di platform seperti Medium tentang topik yang kamu sukai. 

Tunjukkan beberapa contoh tulisan terbaikmu saat menawarkan jasa ke bisnis kecil atau UMKM yang membutuhkan bantuan untuk mengisi konten website mereka.

3. Desainer Grafis

Jika kamu punya selera visual yang bagus dan suka bermain dengan warna serta tata letak, coba menjadi desainer grafis.

Kamu akan membuat berbagai materi visual untuk kebutuhan digital. Contohnya, desain untuk postingan Instagram, thumbnail YouTube, atau slide presentasi yang menarik untuk bisnis.

Buat beberapa contoh desain untuk proyek fiktif atau tawarkan bantuan untuk mendesain poster acara UKM di kampus. 

Kumpulkan karya-karyamu dalam sebuah portofolio, misalnya di akun Instagram khusus atau di situs seperti Behance, untuk ditunjukkan kepada calon klien.

4. Jasa Optimasi SEO

Sudah mendapatkan teori Search Engine Optimization (SEO) di kelas? Nah, kamu bisa mulai mempraktikannya dengan menawarkan jasa optimasi sederhana ke UMKM.

Kedengarannya memang cukup teknis, tetapi dasar pekerjaan ini sebenarnya cara agar sebuah website atau bisnis bisa muncul di halaman pertama hasil pencarian Google.

Cara memulainya, buat blog pribadi dan coba terapkan teknik-teknik SEO dasar untuk membuat artikelmu muncul di Google. Pengalaman ini bisa menjadi portofolio pertamamu. 

Setelah itu, tawarkan jasa SEO lokal sederhana kepada UMKM di sekitarmu.

Atau, selain website, kamu juga bisa optimasi SEO Google Business Profile, yang tugasnya memastikan nama, alamat, dan nomor telepon bisnis akurat, mengunggah foto-foto yang menarik, dan mengumpulkan ulasan positif dari pelanggan.

5. Ads Specialist

Terdengar sulit, ya, tetapi kalau kamu bisa membantu menjalankan iklan untuk UMKM kecil, akan sangat bagus untuk portofolio.

Tugas Ads Specialist antara lain meriset target audiens, menulis teks iklan, mengatur anggaran harian, menjalankan kampanye, serta memantau dan melaporkan hasilnya.

Kamu bisa memulainya dengan bujet yang sangat kecil, misalnya Rp50.000 – Rp100.000, untuk mempromosikan postingan di akun bisnismu sendiri atau membantu usaha teman. 

6. Affiliate Marketer

Ingin jualan, tapi nggak mau repot stok barang? Salah satu yang bisa kamu coba adalah affiliate marketer.

Cara kerjanya, kamu mempromosikan produk orang lain, dan kamu akan mendapatkan komisi setiap kali ada yang melakukan pembelian melalui tautan milikmu.

Kamu bisa langsung mendaftar di program afiliasi populer dan gratis seperti Shopee Affiliates atau Tokopedia Affiliate. Setelah itu, buat konten yang mengulas atau merekomendasikan sebuah produk.

Tipsnya, pilih produk yang benar-benar kamu sukai dan pahami agar ulasanmu terdengar jujur dan tepercaya, ya.

7. Virtual Assistant

Kalau kamu adalah orang yang sangat terorganisir, teliti, dan suka membantu orang lain, maka pekerjaan Virtual Assistant cocok untukmu.

Tugas utamamu adalah membantu menangani berbagai tugas administratif dari jarak jauh. Contohnya, mengelola dan membalas email, menjadwalkan pertemuan atau konten media sosial, melakukan riset sederhana di internet, melakukan entri data, atau membantu mengorganisir file-file.

Tips Sukses Menjalankan Side Hustle Sambil Kuliah 

1. Jadikan Kuliah Prioritas Utama

Jangan sampai side hustle membuat nilai-nilaimu turun atau kamu menjadi sering absen kelas, ya. Ingat, tujuan utamamu adalah lulus kuliah dengan baik.

Buat batasan jelas dan selalu dahulukan tugas-tugas kuliah sebelum mengerjakan pekerjaan sampingan.

2. Atur Waktu dengan Cermat

Gunakan tools sederhana seperti Google Calendar untuk menandai semua jadwal kelas, deadline tugas, dan jadwal pekerjaan. 

Kemudian, buat daftar prioritas (to-do list) setiap hari untuk tahu mana yang harus dikerjakan lebih dulu. Jika membantu, gunakan teknik pomodoro, yakni bekerja selama 25 menit, lalu istirahat 5 menit.

3. Mulai dari yang Kecil dan Realistis

Jangan langsung menerima 2-3 proyek besar sekaligus. Mulai dengan satu klien atau satu proyek kecil terlebih dahulu. 

Pahami ritme pekerjaannya dan lihat seberapa banyak waktu yang kamu butuhkan. 

Lebih baik mengerjakan satu proyek dengan hasil luar biasa daripada beberapa proyek dengan hasil yang biasa-biasa saja.

4. Komunikasi yang Jujur dengan Klien

Jangan ragu untuk memberitahu klien bahwa kamu adalah seorang mahasiswa. Jujur saja tentang ketersediaan waktumu. 

Misalnya, katakan kalau kamu tidak bisa dihubungi saat jam kuliah atau akan sedikit lebih lambat merespons saat pekan ujian. 

Komunikasi transparan dan jujur sejak awal akan membangun kepercayaan dan menghindari kesalahpahaman.

5. Jangan Takut Menetapkan Harga untuk Karyamu

Banyak mahasiswa yang merasa tidak enak untuk memasang harga dan akhirnya bekerja gratisan. Meski wajar untuk mengambil satu atau dua proyek pro-bono untuk portofolio, jangan jadikan itu kebiasaan. 

Lakukan riset tentang tarif pemula untuk jasamu. Hargai juga waktu dan usahamu sendiri saat mengerjakan side hustle.

Nah, itulah dia ide side hustle bagi mahasiswa Bisnis Digital yang bisa kamu coba di sela-sela tugas kuliah. Kira-kira kamu mau melakukan side hustle yang mana, nih?

Apapun itu, selalu prioritaskan tugas-tugas kuliah dulu sebelum mengerjakan side hustle, ya. 

Kalau kamu baru tertarik dengan dunia bisnis digital dan tertarik mempelajarinya lebih dalam, yuk mulai langkah awalmu dari Konsentrasi Bisnis Digital S1 Manajemen FEB Universitas Trisakti.

Mata kuliah di konsentrasi Bisnis Digital Usakti akan memberikan semua skill yang kamu butuhkan, seperti Social Media Marketing, Digital Marketing, UI/UX Design, Internet of Things (IoT), dan banyak lagi!

Kunjungi Instagram @bisnis_digitalusakti atau baca artikel-artikel kami di sini untuk tahu lebih banyak tentang konsentrasi Bisnis Digital, ya!

Semoga bermanfaat!

Kenalan dengan IoT: Peluang & Tantangan Bisnis di Era Internet of Things

Berita Thumbnail
Senin, 07 Juli 2025

Kenalan dengan IoT: Peluang & Tantangan Bisnis di Era Internet of Things

Sudah pernah mendengar tentang Internet of Things, tetapi masih bingung apakah sebenarnya itu dan apa hubungannya dengan dunia bisnis?

Daripada menerka-nerka dan salah kira, ketahui selengkapnya di artikel ini, yuk!

Apa itu IoT dan Kenapa Penting dalam Dunia Bisnis? 

Pernah melihat smartwatch yang bisa melacak detak jantungmu, atau lampu rumah yang bisa dinyalakan dan dimatikan lewat ponsel?

Nah, teknologi di balik semua itu adalah Internet of Things (IoT).

IoT adalah teknologi yang menghubungkan perangkat fisik ke internet sehingga mereka bisa berkomunikasi, mengirim data, dan menerima perintah otomatis tanpa campur tangan manusia. 

Misalnya, jam tanganmu mengirim data olahragamu ke ponsel, dan ponselmu bisa memerintahkan AC di rumah untuk menyala saat kamu sudah dekat. 

Data dari Statista menunjukkan pada 2025, akan ada sekitar 19,8 miliar perangkat IoT di seluruh dunia, dan angka ini diprediksi akan melonjak drastis menjadi lebih dari 40,6 miliar perangkat pada 2034. 

Artinya, dalam waktu kurang dari 10 tahun, jumlah perangkat IoT akan lebih dari dua kali lipat! Angka yang fantastis, kan?

Yang menarik lagi, sekitar 60% dari semua perangkat IoT ini akan digunakan oleh konsumen seperti kita, mulai dari smartphone, smartwatch, hingga perangkat rumah pintar.

Nah, lalu apa hubungannya dengan dunia bisnis?

Jawabannya, efisiensi dan data.

Pertama, IoT membantu bisnis mengotomatisasi banyak proses yang tadinya manual. Misalnya, sistem pencahayaan otomatis menyala-mati berdasarkan kehadiran orang, atau sistem inventory yang langsung update stok ketika barang diambil dari rak.

Kedua, IoT menghasilkan data. Setiap detik, perangkat IoT mengumpulkan informasi tentang pola konsumen, kondisi lingkungan, performa mesin, dan masih banyak lagi. Data ini bisa dianalisis untuk membuat keputusan bisnis.

Contohnya, kamu punya toko kopi. 

Nah, melalui perangkat IoT, kamu bisa tahu jam berapa pelanggan paling banyak datang, minuman apa yang paling laris, bahkan suhu ruangan yang paling nyaman untuk pelanggan. 

Semua informasi ini membantu kamu mengoptimalkan operasional dan meningkatkan kepuasan pelanggan.

Bagaimana IoT Meningkatkan Efisiensi Bisnis? 

1. Otomatisasi Proses

Banyak tugas manual yang memakan waktu bisa dilakukan otomatis dengan IoT.

Contohnya di gudang, sensor pada rak penyimpanan bisa melacak ketersediaan dan kondisi stok, serta otomatis memesan ulang saat persediaan menipis.

2. Predictive Maintenance

Maksudnya, metode perawatan proaktif yang menggunakan data & teknologi untuk memperkirakan kapan sebuah mesin atau peralatan membutuhkan perbaikan.

Jadi, alih-alih menunggu mesin rusak baru diperbaiki, IoT membantu kita untuk memprediksi kapan mesin akan mengalami masalah. 

Sensor dapat mendeteksi perubahan suhu, getaran, atau suara yang tidak normal, lalu memberikan peringatan sebelum kerusakan serius terjadi.

Contohnya, maskapai penerbangan menggunakan IoT untuk memantau kondisi mesin pesawat. 

Mereka bisa memprediksi kapan komponen tertentu perlu diganti sehingga perawatan dapat dilakukan pada waktu yang tepat tanpa mengganggu jadwal penerbangan.

3. Supply Chain Lebih Transparan dan Responsif

IoT merevolusi rantai pasok dengan menyediakan data lokasi dan kondisi barang secara real-time

Melalui sensor suhu, getaran, dan GPS, perusahaan dapat memastikan keamanan produk selama pengiriman, mulai dari makanan beku hingga barang pecah belah.

Kemampuan ini sangat penting bagi bisnis e-commerce

Pelanggan dapat melacak pesanannya dengan akurat, sementara perusahaan bisa proaktif menyelesaikan masalah yang muncul di perjalanan. Hasilnya, pengalaman pelanggan membaik dan jumlah komplain menurun drastis.

4. Optimalisasi Penggunaan Energi dan Sumber Daya

Smart building dengan IoT bisa menghemat biaya operasional hingga 20-30%. Sensor occupancy mendeteksi apakah ruangan sedang digunakan, lalu otomatis mengatur pencahayaan dan AC. 

Buat startup atau bisnis kecil, penghematan seperti ini lumayan signifikan. Contohnya saja, tagihan listrik dapat berkurang 25% setiap bulan tanpa mengurangi kenyamanan.

5. Customer Experience Lebih Personal

IoT memudahkan bisnis menawarkan layanan personal kepada pelanggannya. 

Misalnya, di toko ritel, pelanggan VIP bisa langsung dikenali untuk mendapat layanan khusus, sementara aplikasi kebugaran dapat membuat program latihan spesifik berdasarkan data dari wearable device.

Hasilnya, keterlibatan (engagement rate) dan loyalitas pelanggan pun meningkat.

Contoh Implementasi IoT yang Sukses di Indonesia 

1. Jakarta Smart City

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengimplementasikan IoT untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan publik melalui unit Jakarta Smart City (JSC).

JSC mengintegrasikan data dari ribuan sensor di seluruh penjuru kota, mencakup:

  • 9.000++ kamera CCTV yang memantau lalu lintas dan potensi banjir, 
  • Sensor ketinggian air di pintu-pintu air, serta 
  • Sistem pelacakan GPS pada armada bus TransJakarta dan truk sampah.

Data yang masuk dianalisis untuk mengambil keputusan yang cepat dan tepat.

Misalnya, saat sensor mendeteksi kenaikan muka air, peringatan dini dapat segera disebarkan. 

Kemudian, data kepadatan lalu lintas dari CCTV dan GPS digunakan untuk mengatur lampu lalu lintas dan memberikan rekomendasi rute alternatif kepada warga melalui aplikasi JAKI. 

2. eFishery dalam Budidaya Ikan & Udang

Salah satu contoh paling ikonik dari kesuksesan IoT di Indonesia adalah eFishery. Perusahaan rintisan asal Bandung ini berhasil menjadi unicorn pertama di dunia dalam bidang teknologi akuakultur.

Produk utama mereka adalah eFishery Feeder, sebuah alat pemberi pakan ikan dan udang otomatis yang terhubung ke internet. 

Pembudidaya dapat mengatur jadwal dan dosis pakan melalui aplikasi di smartphone mereka. Alat ini juga dilengkapi sensor yang dapat mendeteksi nafsu makan ikan berdasarkan getaran air sehingga pakan hanya diberikan saat dibutuhkan.

Teknologi ini pun mampu mengatasi masalah terbesar dalam budidaya, yaitu inefisiensi pakan yang bisa mencapai 70-80% dari total biaya operasional.

3. Telkomsel Fleet Management

Perusahaan Telkomsel memanfaatkan IoT dengan menyediakan Fleet Management untuk membantu perusahaan logistik dan transportasi beroperasi lebih efisien.

Sebuah perangkat Onboard Diagnostic (OBD) berbasis GPS dipasang pada setiap armada (truk, bus, atau mobil). Perangkat ini terhubung ke jaringan 2G/3G Telkomsel untuk mengirimkan data. 

Nah, melalui Web Dashboard, perusahaan dapat mengakses semua informasi dan memantau seluruh armada mereka dari jarak jauh.

Dampaknya, manajer operasional dapat memantau lokasi setiap kendaraan, mengoptimalkan rute untuk menghemat bahan bakar, dan memonitor perilaku pengemudi untuk meningkatkan keamanan. 

Sensor tambahan juga bisa memantau suhu pada truk pendingin atau volume bahan bakar untuk mencegah pemborosan dan pencurian. 

Hasilnya efisiensi operasional meningkat, biaya bahan bakar menurun, dan keselamatan pengiriman meningkat.

Tantangan yang Perlu Diwaspadai dalam Penggunaan IoT

1. Keamanan & Privasi Data

Perangkat IoT yang tidak diamankan dengan baik dapat diretas, dicuri datanya, atau diambil alih untuk melancarkan serangan siber yang lebih besar. 

Apalagi kalau IoT digunakan untuk mengontrol infrastruktur kritis, misalnya jaringan listrik atau mesin pabrik, peretasan dapat berakibat fatal.

Belum lagi sensor IoT mengumpulkan data dalam jumlah masif, termasuk data yang bersifat pribadi dan sensitif. 

Muncul pertanyaan penting seputar siapa yang memiliki data tersebut, bagaimana data digunakan, dan bagaimana memastikan data tidak disalahgunakan.

Solusinya, perusahaan yang menggunakan IoT harus menerapkan cybersecurity. Mulai dari enkripsi data, update firmware berkala, hingga training karyawan tentang keamanan siber.

2. Biaya Awal Mahal

Membeli ribuan sensor, membangun infrastruktur jaringan, dan mengembangkan software untuk mengelolanya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. 

Perusahaan harus melakukan perhitungan matang antara biaya yang dikeluarkan dengan potensi efisiensi dan keuntungan yang akan didapat.

3. Standar dan Kompatibilitas yang Beragam

Sayangnya, belum ada satu standar universal untuk semua perangkat IoT. Akibatnya, sering terjadi masalah kompatibilitas yang menyulitkan proses integrasi sistem.

Contohnya, sebuah perusahaan membeli sensor suhu dari merek A dan platform analisis data dari merek B. 

Karena keduanya menggunakan teknis berbeda, data dari sensor tersebut tidak bisa langsung dibaca oleh platform. Perusahaan pun membutuhkan usaha dan biaya ekstra lagi untuk mengintegrasikannya.

4. Kebutuhan Talenta dengan Skill Khusus

Nah, untuk merancang, mengelola, dan menganalisis sistem IoT, dibutuhkan tenaga ahli seperti IoT Specialist, Data Scientist, dan pakar keamanan siber. 

Saat ini, jumlah talenta dengan keahlian spesifik ini masih terbatas dan sangat dicari oleh banyak perusahaan. 

Tantangan ini sekaligus membuka peluang besar bagi mereka yang mau mempelajarinya.

Kalau kamu tertarik mempelajari Internet of Things dan punya mimpi berkarier di industri teknologi bisnis, yuk mulai langkah awalmu dari memilih bidang studi Bisnis Digital!

Sebab, bidang studi ini akan membekalimu pemahaman tentang teknologi dan data digunakan untuk menciptakan nilai bisnis.

Nah, salah satu universitas swasta terbaik di Indonesia yang menyediakannya adalah Konsentrasi Bisnis Digital S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trisakti.

Dalam salah satu mata kuliahnya, kamu akan mempelajari Internet of Things (IoT). Selain itu, kamu juga menemui mata kuliah Digital Marketing, Social Media Marketing, UI/UX Design, Website Design & Development, dan banyak lagi!

Ingin tahu konsentrasi ini lebih dalam? Kamu bisa baca artikel-artikel kami di sini atau kunjungi Instagram @bisnis_digitalusakti.

Yuk, segera daftarkan dirimu dan menjadi bagian dari FEB Universitas Trisakti!

Soft Skill dan Hard Skill yang Akan Dimiliki Lulusan Bisnis Digital

Berita Thumbnail
Jumat, 04 Juli 2025

Soft Skill dan Hard Skill yang Akan Dimiliki Lulusan Bisnis Digital

Penasaran kenapa lulusan Bisnis Digital banyak dicari perusahaan? Skill apa saja yang bikin mereka unggul di dunia kerja?

Jawabannya adalah kombinasi soft dan hard skill yang dibutuhkan di dunia bisnis digital yang mereka kuasai.

Yuk, kita bahas satu per satu skill yang akan kamu kuasai jika memilih kuliah Bisnis Digital!

Dunia Bisnis Digital Butuh Talenta Lengkap: Soft Skill & Hard Skill Harus Seimbang

Kamu pasti pernah dengar ‘kan kalau era digital ini menciptakan banyak peluang kerja baru? 

Mulai dari Content Creator, Digital Marketer, hingga Data Analyst. Semua profesi ini butuh orang yang jago teknis, kemampuan berkomunikasi, dan berpikir strategis.

Nah, inilah keunikan studi Bisnis Digital. 

Bidang studi ini disusun untuk mengembangkan hard skill dan soft skill secara bersamaan demi menyeimbangkan dunia bisnis digital yang kompleks dan dinamis.

Misalnya, seorang Digital Marketer, harus paham cara menganalisis data (hard skill), tetapi juga harus bisa berkomunikasi dengan klien dan tim kreatif (soft skill). 

Faktanya, menurut survei LinkedIn, 92% HRD menyatakan bahwa soft skill sama pentingnya dengan hard skill dalam proses rekrutmen. 

Nah, kalau kuliah Bisnis Digital, kamu nggak akan belajar setengah-setengah. 

Kamu akan dibekali dengan kemampuan teknis sekaligus kemampuan interpersonal yang kuat. Kombinasi ini yang membuat lulusan Bisnis Digital jadi sangat dicari di pasar kerja.

Hard Skill yang Akan Dikuasai Lulusan Bisnis Digital

1. Digital Marketing & Social Media Strategy

Skill ini paling terlihat dan paling sering dibicarakan orang. Tapi jangan salah, digital marketing bukan cuma posting di Instagram atau bikin konten TikTok viral. 

Kamu akan belajar strategi marketing yang komprehensif dan terukur.

Di mata kuliah ini, kamu akan menguasai berbagai platform digital mulai dari Facebook Ads, Google Ads, Instagram Marketing, hingga LinkedIn. 

Kamu juga akan belajar cara membuat campaign marketing dan cara mengukur ROI (Return on Investment) dari setiap campaign

Skill ini sangat dibutuhkan karena banyak business owner yang masih bingung apakah marketing budget mereka efektif atau tidak.

2. E-Commerce Management

Indonesia adalah negara dengan pertumbuhan e-commerce tercepat di Asia Tenggara. Jadi skill e-commerce management ini sangat relevan dengan kondisi pasar kita saat ini. 

Kamu akan menguasai berbagai platform e-commerce, seperti Shopee, Tokopedia, Lazada, dan Amazon. Setiap platform punya algoritma dan fitur berbeda, dan kamu harus tahu cara optimasi untuk masing-masing platform. 

Misalnya, di Shopee kamu perlu paham sistem koin dan voucher, sementara di Tokopedia kamu harus familiar dengan Power Merchant dan TopAds.

3. Data Analytics & Business Intelligence

Di era digital, data adalah aset paling berharga, tetapi masih banyak perusahaan yang tidak tahu cara mengolahnya menjadi informasi yang dapat ditindaklanjuti.

Nah, skill inilah yang akan membedakan kamu dari lulusan-lulusan lain. 

Kamu akan belajar menggunakan tools seperti Google Analytics, Facebook Analytics, dan platform BI seperti Tableau atau Power BI. 

Yang paling penting, kamu akan memiliki kemampuan untuk menginterpretasi data dan mengubahnya menjadi strategi bisnis. 

Misalnya, dari data trafik website, kamu bisa tahu jam berapa customer paling aktif, dari mana mereka datang, dan di halaman mana mereka paling sering keluar.

4. Content Creation & Copywriting

Mungkin kamu berpikir content creation cuma bikin video TikTok atau post Instagram.

Padahal, kalau kuliah Bisnis Digital, kamu akan belajar cara mengubah konten menjadi sales dan brand awareness.

Kamu akan menguasai berbagai teknik membuat konten, seperti copywriting, email marketing, script writing, content planning, hingga SEO writing

Selain itu, kamu juga akan belajar basic graphic design dan video editing menggunakan tools seperti Canva, Adobe Creative Suite, atau Figma.

Skill ini juga bisa langsung kamu aplikasikan untuk personal branding atau bahkan freelance project selama kuliah.

5. Basic UX/UI & Customer Experience Design

Pernah buka website atau aplikasi yang loading-nya lama, susah dipahami, atau ribet banget cara pakainya? Nah, itulah pentingnya UX/UI design yang baik.

Di kuliah Bisnis Digital, ada mata kuliah UI/UX Design yang mempelajari user research untuk memahami kebutuhan & pain points dari target audiens. 

Dari sini, kamu bisa tahu kenapa customer sering tidak menyelesaikan pembelian di e-commerce, atau kenapa pengunjung website cepat kabur.

Selain itu, kamu juga akan menguasai dasar-dasar UI design menggunakan tools seperti Figma atau Adobe XD. 

Skill ini sangat berguna kalau kamu mau berkarier sebagai product manager atau entrepreneur yang perlu berkomunikasi dengan tim developer.

6. SEO & SEM (Search Engine Optimization & Marketing)

Hampir semua bisnis butuh visibility di Google, tapi tak semua orang tahu caranya.

Nah, di kuliah Bisnis Digital, kamu akan belajar dua aspek, yakni SEO untuk trafik organik dan SEM untuk paid traffic.

Di sisi SEO, kamu akan belajar on-page, off-page, dan technical SEO. 

Paling penting, kamu perlu menguasai search intent dan membuat konten yang benar-benar menjawab kebutuhan user. 

Misalnya, orang yang mencari “cara bisnis online” punya intent berbeda dengan orang yang mencari “jual baju online murah”.

Sementara di sisi SEM, kamu akan menguasai Google Ads dari level basic sampai advanced. SEM mencakup campaign structure, bidding strategy, ad copywriting, dan conversion tracking

Kombinasi SEO dan SEM ini bikin kamu bisa memberikan solusi marketing yang komprehensif bagi perusahaan.

Soft Skill yang Juga Dibangun Sejak Kuliah

1. Critical Thinking & Problem Solving

Saat sebuah kampanye iklan tidak berjalan sesuai target, apa yang akan kamu lakukan? 

Seorang lulusan Bisnis Digital seharusnya tidak boleh panik atau menyalahkan algoritma. Sebaliknya, kamu perlu menganalisis data secara mendalam dan mencari tahu masalah apa yang terjadi.

Kemampuan untuk menganalisis masalah dari akarnya dan merumuskan solusi berbasis data inilah yang disebut critical thinking dan problem solving.

2. Creativity & Innovation

Bisnis digital bukan cuma soal angka dan data aja, lho. Kreativitas justru inti dari semua yang kamu kerjakan di dunia digital. 

Kamu dituntut menguasai berbagai teknik berpikir kreatif seperti design thinking, brainstorming, dan mind mapping. Yang lebih penting lagi, kamu dilatih mencari cara baru dan berbeda dalam menghadapi tantangan. 

Inovasi juga berarti kamu harus selalu update dengan tren terbaru dan berani eksperimen dengan teknologi atau platform baru. 

Skill ini bikin kamu menjadi orang yang selalu punya ide fresh untuk perusahaan tempatmu bekerja nantinya.

3. Communication & Collaboration

Tidak ada proyek besar yang dikerjakan sendirian. 

Kamu harus bisa mengomunikasikan strategimu kepada desainer grafis, menjelaskan hasil analisis data kepada manajer, atau mempresentasikan hasil kampanye kepada klien. 

Kemampuan untuk bekerja sama dalam tim, bernegosiasi, dan menyampaikan ide adalah soft skill yang akan kamu latih terus-menerus melalui tugas-tugas kelompok di perkuliahan.

4. Adaptability & Continuous Learning

Platform TikTok mungkin sedang jaya hari ini, tetapi siapa yang tahu apa yang akan menjadi tren 3-5 tahun lagi? 

Sebab itu, soft skill terpenting yang akan kamu bangun adalah kemampuan beradaptasi dan kemauan untuk terus belajar.

Lingkungan akademis akan membiasakanmu untuk selalu mencari informasi baru, mempelajari konsep-konsep terkini, dan tidak pernah merasa puas dengan pengetahuan yang sudah dimiliki.

5. Leadership & Project Management

Walaupun masih mahasiswa, kamu akan sering bertindak sebagai seorang manajer proyek dalam skala kecil. 

Misalnya, saat mengerjakan tugas besar, kamu harus bisa mengatur jadwal, membagi tugas dengan anggota kelompok, memastikan semua pekerjaan selesai tepat waktu, dan melaporkan hasilnya. 

Inilah dasar-dasar dari kepemimpinan dan manajemen proyek yang sangat berguna dan akan terus terpakai sepanjang kariermu.

Siapkan Diri untuk Jadi Talenta Digital yang Lengkap!

Melihat daftar panjang soft dan hard skill yang dibutuhkan di dunia bisnis digital, kini menjadi sangat jelas bahwa tidak cukup menjadi talenta unggul di satu sisi, ya.

Perusahaan mendambakan seorang talenta yang menguasai hard skill sekaligus soft skill mumpuni. Keseimbangan inilah yang akan menjadi pembeda antara kamu dan banyak lulusan lain.

Nah, untuk mendapatkan kombinasi skill tersebut, kamu butuh lingkungan pendidikan yang kurikulumnya memang disusun sesuai kebutuhan industri digital, seperti Konsentrasi Bisnis Digital, S1 Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Trisakti.

Kamu akan mendalami hard skill melalui mata kuliah, seperti Digital Marketing, Data Analytics, Social Media Marketing, Website Design and Development, UI/UX Design, dan banyak lagi.

Di saat yang sama, melalui setiap proyek, studi kasus, dan presentasi, soft skill kamu akan terus diasah hingga tajam.

Yuk, ambil langkah pertamamu! Segera daftarkan dirimu di Konsentrasi Bisnis Digital S1 Manajemen FEB Universitas Trisakti!

Kunjungi website spmb.trisakti.ac.id atau Instagram @bisnis_digitalusakti untuk informasi lebih lanjut, ya!

Personal Branding: Kunci Bersaing di Era Bisnis Digital

Berita Thumbnail
Rabu, 18 Juni 2025

Personal Branding: Kunci Bersaing di Era Bisnis Digital

Dunia kini semakin terhubung lewat digitalisasi, dan memiliki keahlian saja tidak cukup untuk membuatmu menonjol di antara ribuan profesional lainnya.

Kamu perlu strategi untuk membangun kredibilitas, itulah mengapa personal branding sangat penting.

Kenapa Personal Branding Penting di Era Bisnis Digital?

Dulu, mungkin kita cukup memiliki ijazah dan CV untuk melamar pekerjaan. Identitas profesional kita sebatas apa yang tertulis di kertas. 

Namun, di era digital saat ini, aturan mainnya telah berubah total.

Sebelum bertemu denganmu, rekruter kemungkinan besar akan mengetik namamu dulu di Google. 

Mereka akan melihat profil LinkedIn-mu, mengintip postinganmu dan mencari jejak digitalmu untuk memahami siapa kamu sebenarnya.

Sebab itulah, kita butuh personal branding.

Personal branding adalah cara untuk menceritakan siapa dirimu, keahlianmu, dan apa yang bisa kamu tawarkan.

Manfaat Personal Branding Buat Mahasiswa & Profesional Muda

1. Meningkatkan Kredibilitas & Trust

Anggaplah ada seseorang yang menulis “memiliki keahlian di bidang Digital Marketing” di CV-nya.

Kemudian, ada orang lain yang menulis hal yang sama, tetapi saat namanya dicari di Google, muncul profil LinkedIn-nya, beberapa artikel tentang marketing yang ia tulis, atau cuitan-cuitan berisi wawasannya tentang tren terbaru.

Kira-kira, siapa yang akan lebih kamu percaya? 

Pasti yang kedua, kan?

Nah, inilah kelebihan personal branding

Dengan aktif berbagi pengetahuan, karya, atau pandanganmu di bidang keahlianmu, kamu sedang memberikan bukti atas keahlianmu. 

Orang lain nggak cuma mendengar klaimmu, tetapi mereka bisa melihat langsung buktinya. Proses inilah yang membangun kredibilitas dan menumbuhkan kepercayaan (trust) dari audiens, baik itu rekruter, calon klien, maupun kolega.

2. Membuka Peluang Karier & Kolaborasi

Jika kredibilitas dan kepercayaan sudah terbangun, peluang akan mulai mencarimu, bukan sebaliknya. Lagi-lagi, inilah salah satu kelebihan utama dari personal branding.

Tanpa personal branding, kamu harus mengirim puluhan atau ratusan lamaran kerja dan berharap ada yang direspons. 

Namun, dengan personal branding yang kuat, rekruter justru akan tertarik kepadamu dan menawarimu posisi pekerjaan.

Atau, seseorang yang mengikuti akun Instagram-mu tentang desain grafis, tiba-tiba menghubungimu untuk sebuah proyek freelance

Bahkan, bisa saja kamu diundang untuk menjadi pembicara di sebuah webinar mahasiswa karena dianggap memiliki pengetahuan mumpuni di bidangmu.

Menarik sekali, kan?

3. Memperkuat Positioning di Industri

Ada ribuan orang yang memiliki bidang keahlian sama denganmu. Nah, apa yang membuatmu berbeda dari mereka?

Pertanyaan ini bisa kamu jawab melalui personal branding. Kamu dapat mendefinisikan keunikanmu secara spesifik.

Misalnya, alih-alih dikenal sebagai “mahasiswa yang tertarik pada bisnis”, kamu dapat memosisikan diri sebagai “mahasiswa dengan minat mendalam pada strategi e-commerce untuk produk lokal”. 

Lebih spesifik, kan? Ini membuatmu menjadi lebih mudah diingat.

Jadi, kalau ada peluang sesuai keunikanmu itu, namamu akan menjadi yang pertama kali muncul di benak orang. 

4. Membangun Komunitas & Audience Sendiri

Saat kamu secara konsisten berbagi wawasan dan karya melalui personal branding, kamu juga perlahan mengumpulkan audiens.

Nah, kalau sudah memiliki audiens yang loyal, kamu tak sulit lagi untuk menyebarkan ide-ide baru. 

Kamu bisa mendapatkan masukan langsung dari orang-orang dengan minat sama.

Bahkan, jika suatu saat nanti kamu ingin meluncurkan sebuah proyek, bisnis, atau produk, kamu sudah memiliki calon pelanggan pertama.

5 Langkah Membangun Personal Branding Sejak Kuliah

1. Kenali Diri Sendiri & Tentukan Niche

Sebelum menunjukkan dirimu ke dunia luar, kamu harus kenal dulu dengan diri sendiri. 

Coba luangkan waktu dan jawab pertanyaan ini:

  • Topik apa yang membuatmu paling antusias?
  • Mata kuliah atau kegiatan apa di kampus yang paling kamu sukai?
  • Masalah apa yang ingin kamu bantu selesaikan?

Nah, dari jawaban itu, tentukan satu atau dua area spesifik (niche) yang ingin kamu tekuni.

2. Tentukan Platform & Rapikan Media Sosial

Pilih satu platform untuk membagikan kontenmu, seperti blog pribadi, LinkedIn, Instagram, X, atau Youtube. 

Sebaiknya, pilih satu platform dulu dan fokus bangun audiens di sana secara konsisten.

Jika sudah berjalan dengan baik di satu platform, baru merambah ke platform lain untuk memperluas jangkauan.

Jangan lupa pasang foto profil yang jelas, profesional, dan usahakan sama di semua platform agar mudah dikenali.

Selain itu, tulis bio yang singkat dan padat. Sebutkan status dan minatmu. Misalnya, mahasiswa komunikasi yang tertarik pada Brand Storytelling & Content Creation.

3. Mulai Bagikan Kontenmu

Buat editorial plan agar pembuatan kontenmu lebih terjadwal.

Salah satu contohnya, rangkuman dari sebuah buku atau webinar yang baru kamu ikuti, lalu bagikan di LinkedIn. 

Atau, berita menarik tentang industrimu, lalu bagikan di X dengan sedikit opinimu.

Usahakan konsisten berbagi informasi, sekecil apa pun itu. 

Kamu tidak perlu menjadi seorang ahli atau praktisi, cukup membagikan hal-hal yang kamu tahu atau baru pelajari juga sudah bagus.

4. Interaksi dengan Audiens

Setelah membagikan konten, luangkan waktu untuk melihat dan merespons komentar yang masuk. 

Coba jawab pertanyaan atau sekadar ucapkan terima kasih kepada mereka yang telah berinteraksi.

Interaksi ini akan membuatmu audiens merasa dekat dan membangun hubungan yang lebih kuat. 

Selain itu, dengan mendengarkan mereka, kamu akan mendapatkan banyak sekali ide baru dan relevan untuk konten-konten selanjutnya.

5. Bangun Koneksi dengan Praktisi

Selain membangun hubungan dengan audiens, kamu juga perlu berkoneksi dengan orang-orang yang sudah lebih dulu berkecimpung di industrimu. 

Ikuti akun para ahli atau senior di bidang yang kamu minati. Pelajari konten yang mereka bagikan, dan berikan komentar positif. 

Koneksi dengan para praktisi ini bisa memberimu informasi terkait industri yang tidak ada di buku pelajaran, mentorship, bahkan pemberi rekomendasi untuk kariermu di masa depan.

Skill Pendukung Personal Branding yang Perlu Dipelajari

Nah, untuk menjalankan kelima langkah tadi dengan efektif, ada beberapa skill pendukung yang perlu kamu asah, yakni:

1. Public Speaking & Storytelling

Kemampuan untuk menyusun cerita secara runtut dan menyampaikannya dengan percaya diri.

Skill ini dibutuhkan untuk mempresentasikan dirimu dengan menarik, baik saat wawancara kerja, networking event, maupun saat berbagi pengalaman di media sosial. 

2. Visual Branding

Kemampuan untuk menjaga konsistensi visual akan membuat brand-mu terlihat lebih profesional dan mudah diingat. 

Hal ini mencakup pemilihan foto profil, desain konten yang serasi, hingga penentuan tone warna pada media sosialmu.

3. Copywriting

Seni menulis persuasif untuk membangun citra yang kamu inginkan. Skill ini sangat dibutuhkan untuk menulis bio atau caption yang menarik.

4. Digital Marketing Basic 

Kamu perlu tahu cara agar kontenmu bisa sampai ke audiens yang tepat. 

Memahami dasar-dasar pemasaran digital, seperti cara kerja algoritma media sosial atau dasar-dasar SEO agar namamu mudah ditemukan di Google, akan sangat mempercepat perkembangan personal branding-mu.

5. Networking Skill 

Kemampuan untuk membangun dan merawat hubungan profesional. 

Kamu harus tahu cara memulai percakapan, mendengarkan, dan membangun hubungan timbal-balik, baik online maupun offline.

Skill ini diperlukan untuk memperluas circle profesional, membuka peluang kolaborasi, dan mendapatkan rekomendasi dari orang-orang yang sudah mengenal kualitas kerjamu.

Personal Branding Adalah Investasi Jangka Panjang!

Personal branding tidak bisa dibangun dalam semalam. Setiap konten yang kamu bagikan akan membentuk reputasimu secara perlahan.

Reputasi inilah yang akan membuka banyak peluang dan keunggulan di masa depan. Kamu akan menjadi talenta yang paling dicari dan diingat.

Yuk, mulai bangun personal branding dari sekarang, sekecil apa pun langkahnya!

Tren E-Commerce 2025: Apa yang Harus Dipelajari Mahasiswa Bisnis Digital?

Berita Thumbnail
Selasa, 17 Juni 2025

Tren E-Commerce 2025: Apa yang Harus Dipelajari Mahasiswa Bisnis Digital?

Setiap tahun, dunia e-commerce berubah cepat. Apa yang menjadi tren tahun lalu, belum tentu relevan lagi tahun ini.

Sebab itu, kita butuh skill relevan agar siap menghadapi tren e-commerce 2025 dan tahun-tahun yang akan datang.

E-Commerce Terus Berkembang

Coba cek riwayat notifikasi di ponselmu. 

Kemungkinan besar, ada pesan dari Shopee, Tokopedia, atau TikTok Shop yang muncul hari ini, kan? 

Mulai dari memesan makan siang, membeli kebutuhan bulanan, hingga berburu diskon saat tanggal kembar, e-commerce sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup kita di tahun 2025 ini.

Tak heran, ekonomi digital di Indonesia pun semakin meningkat pesat.

“Proyeksi tahun 2030, ekonomi digital Indonesia akan menjadi terbesar di Asia Tenggara yaitu 40 persen dari total ekonomi yang ada di Asia Tenggara untuk digital atau kurang lebih senilai Rp 4.500 triliun,” kata Menteri BUMN Erick Thohir, seperti dikutip dari Liputan6.com.

Pertumbuhan pesat ini membuktikan e-commerce sebagai fondasi ekonomi masa depan Indonesia.

Ini 5 Tren E-Commerce 2025 yang Wajib Kamu Pantau

1. Video & Live Commerce 

Perilaku konsumen masa kini saat belanja online tidak lagi sebatas melihat foto produk dan membaca deskripsi. 

Sekarang, konsumen lebih menyukai shoppertainment, yakni gabungan antara shopping (belanja) dan entertainment (hiburan).

Kamu pasti sudah sangat akrab dengan tren ini. 

Seperti melihat review produk dalam format short video di TikTok, hingga ikut keseruan host di Shopee Live yang mendemokan produk, memberikan diskon kilat, dan menjawab pertanyaan penonton secara langsung. 

Inilah yang disebut Video & Live Commerce.

Format ini menciptakan pengalaman belanja yang jauh lebih interaktif, personal, dan mendesak. Penonton dapat melihat produk digunakan, bertanya langsung, dan merasakan adanya urgensi Fear of Missing Out (FOMO) dari penawaran terbatas. 

Tren ini turut menciptakan kebutuhan talenta yang paham produk, pandai berbicara di depan kamera, dan kreatif membuat konten video yang menarik.

2. Hyper-Personalization Berbasis AI

Jika dulu personalisasi hanya sebatas memanggil nama konsumen di email, kini di tahun 2025, personalisasi sudah naik level menjadi hyper-personalization berkat Artificial Intelligence (AI).

Pernahkah kamu baru saja mencari informasi tentang sebuah keyboard, lalu tiba-tiba seluruh isi aplikasi belanjamu semuanya menampilkan produk dan promo seputar keyboard? Itulah hyper-personalization.

Selain menganalisis riwayat pembelian, tetapi juga produk apa yang sedang kamu lihat dan berapa lama kamu melihatnya. 

Tujuannya menyajikan penawaran paling relevan pada waktu yang paling tepat, khusus untukmu.

Bagi perusahaan, cara ini ampuh untuk meningkatkan penjualan dan loyalitas pelanggan. 

3. Q-Commerce

Lagi asyik masak dan tiba-tiba garam habis? Atau butuh membeli obat demam tengah malam tanpa harus keluar rumah? Inilah masalah yang dijawab oleh Q-Commerce.

Layanan seperti Astro, atau fitur-fitur seperti GoMart dan GrabMart adalah contoh dari tren ini. 

Jika e-commerce biasa menjanjikan pengiriman dalam beberapa hari, maka Q-Commerce (Quick Commerce) mampu mengirim dalam hitungan menit atau beberapa jam saja.

4. Omnichannel Retailing

Batas antara dunia belanja online dan toko fisik kini semakin kabur, dan tren inilah yang disebut omnichannel retailing

Bagaimana contohnya?

  • Kamu melihat sebuah baju di aplikasi, membayarnya secara online, lalu memilih untuk mengambil barangnya langsung di mal terdekat sore itu juga.
  • Kamu datang ke toko untuk mencoba ukuran sepatu, tapi warna yang kamu inginkan ternyata habis. Pramuniaga toko langsung membantumu memesan warna tersebut dari gudang pusat melalui tabletnya, untuk dikirim langsung ke rumahmu.
  • Poin yang kamu kumpulkan dari belanja di toko fisik, bisa langsung kamu gunakan untuk diskon saat berbelanja di website mereka.

5. Sustainable E-commerce

Pada tahun 2025, konsumen, terutama dari kalangan generasi muda, tidak lagi hanya melihat harga dan kualitas produk. 

Semakin banyak yang mempertimbangkan apakah produk ramah lingkungan, atau apakah merek ini peduli pada kesejahteraan pekerjanya.

Inilah yang mendorong lahirnya tren Sustainable E-commerce.

Jadi, selain mengejar keuntungan, bisnis e-commerce juga memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat. 

Praktiknya bisa bermacam-macam, seperti menggunakan kemasan ramah lingkungan, menjual produk dari pengrajin lokal, atau menjual barang bekas layak pakai (pre-loved atau thrifting).

Apa yang Harus Dipelajari Mahasiswa Bisnis Digital?

1. Digital Marketing Terintegrasi

Di dunia e-commerce, menjual produk tidak cukup posting di satu media sosial saja.

Digital marketing terintegrasi adalah kemampuan untuk memahami dan menggunakan berbagai channel digital secara bersamaan.

Contohnya begini, seorang calon  pelanggan pertama kali melihat produkmu melalui iklan di Instagram Reels. 

Karena penasaran, ia mencarinya di Google dan menemukan artikel blog-mu yang informatif. 

Beberapa hari kemudian, ia melihat ulasan produkmu di YouTube, dan akhirnya memutuskan untuk membeli setelah mendapatkan notifikasi diskon di aplikasi Shopee.

Semua channel ini harus bekerja sama dan saling mendukung. 

Mempelajari pemasaran terintegrasi berarti mengerti bagaimana setiap channel memiliki perannya masing-masing dalam meyakinkan pelanggan untuk membeli.

2. Data Analytics untuk E-Commerce

Setiap kali seseorang mengklik produk, memasukkan barang ke keranjang, atau melakukan pembelian, mereka meninggalkan jejak digital. 

Jika jejak-jejak ini dikumpulkan, ia akan menjadi kumpulan data. 

Kemampuan untuk membaca dan menerjemahkan kumpulan data inilah yang disebut Data Analytics.

Di dunia e-commerce, dengan skill analisis data, kamu bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan, seperti:

  • Kenapa banyak pengunjung yang batal membeli padahal sudah memasukkan barang ke keranjang?
  • Produk apa yang sebaiknya dijual dalam satu paket (bundling)?
  • Dari mana asal pengunjung terbanyak toko online kita, apakah dari Instagram, TikTok, atau Google?
  • Jenis promosi apa yang paling efektif?

Ingat tren Hyper-Personalization yang kita bahas sebelumnya? Itu semua tidak akan mungkin terjadi tanpa data analytics.

3. Tools & Platform E-Commerce

Strategi pemasaran yang sudah kamu susun perlu dieksekusi menggunakan tools dan platform yang tepat. 

Apa saja yang termasuk di dalamnya?

Pertama, platform marketplace.

Kamu harus terbiasa dengan dashboard penjual di marketplace seperti Tokopedia, Shopee, dan TikTok Shop. 

Pahami bagaimana cara mengunggah produk, membuat promosi diskon, membalas pesan pelanggan, hingga membaca laporan penjualan yang mereka sediakan.

Kedua, platform website.

Banyak merek juga membangun website-nya sendiri. Kenali platform populer seperti Shopif`y atau WooCommerce untuk WordPress. Coba pelajari bagaimana cara kerja mereka, walau hanya melalui video tutorial di YouTube.

Selain itu, ada ribuan tools lain yang membantu pekerjaan sehari-hari. 

Seperti Google Analytics untuk melacak performa website, Meta Business Suite untuk mengelola iklan Facebook dan Instagram, dan Canva untuk mendesain konten promosi.

4. Copywriting & Storytelling untuk E-Commerce

Jika toko online mendeskripsikan produknya membosankan, penjualan pun tidak akan maksimal. 

Coba bandingkan dua deskripsi produk ini:

  • Deskripsi A: “Kemeja. Bahan: Katun. Ukuran: S, M, L, XL.”
  • Deskripsi B: “Tampil percaya diri di setiap acara dengan kemeja katun premium. Bahannya yang adem dan menyerap keringat akan membuatmu nyaman beraktivitas seharian, dari pagi di kampus hingga nongkrong sore hari.”

Deskripsi mana yang lebih membuatmu tertarik? Tentu yang kedua, kan?

Itulah kekuatan copywriting

Jadi tidak hanya menyebutkan spesifikasi, tetapi juga menjual manfaat dan solusi kepada pelanggan. 

Lebih jauh lagi, storytelling membantu membangun narasi dan jiwa dari sebuah merek.

Seperti mengapa merek ini ada? Siapa orang-orang di baliknya? Apa nilai yang mereka perjuangkan? 

Cerita-cerita inilah yang membangun loyalitas dan membuat pelanggan merasa menjadi bagian dari sebuah komunitas, bukan sekadar pembeli.

5. Mindset Growth & Experimentation

Terakhir, dan yang paling penting, adalah soal pola pikir (mindset). 

Dunia e-commerce dan digital marketing bukan ilmu pasti. Sebaliknya, ia sangat dinamis. Apa yang berhasil bulan lalu, belum tentu berhasil hari ini.

Sebab itu, kamu butuh growth mindset, yakni pola pikir yang selalu melihat tantangan sebagai peluang bertumbuh. 

Prosesnya sederhana:

  1. Buat hipotesis: “Aku rasa, kalau foto produk diganti dengan video, penjualannya akan naik.”
  2. Uji coba: Jalankan tes tersebut dalam skala kecil.
  3. Ukur hasilnya: Lihat datanya. Apakah hipotesismu terbukti benar?
  4. Belajar: Jika berhasil, terapkan. Jika gagal, cari tahu penyebabnya dan coba ide lain.

Platform bisa berganti, tren bisa berlalu, tetapi seorang profesional dengan mindset selalu ingin tahu, tidak takut gagal, dan cepat belajar dari kesalahan adalah talenta yang dicari sampai kapan pun.

Yuk Siapkan Skill E-Commerce Sejak Kuliah!

Melihat tren industri dan kemampuan yang dibutuhkan, jelas bahwa untuk menjadi seorang profesional di bidang e-commerce perlu pemahaman strategi, kreativitas, menganalisis data, dan penguasaan teknologi.

Kamu memang bisa mempelajari beberapa hal ini secara mandiri. 

Namun, untuk benar-benar menguasainya secara mendalam, sistematis, dan mendapatkan bimbingan langsung dari para ahli, lingkungan akademis adalah tempat belajar terbaik.

Inilah mengapa program seperti konsentrasi Bisnis Digital di S1 Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Trisakti dirancang untuk mempersiapkan para mahasiswa menjadi talenta digital unggulan.

Di sini, kamu belajar mendalam mengenai dunia bisnis digital dari para dosen kompeten.

Sebagai gambaran, kamu akan menemui mata kuliah Praktikum Digital Marketing, Social Media Marketing, Website Design and Development, Artificial Intelligence, Big Data Analytics, Sustainability E-commerce, dan banyak lagi!

Industri e-commerce akan selalu mencari talenta yang siap beradaptasi dan berinovasi. Persiapkan dirimu dari sekarang. 

Yuk, cari tahu lebih lanjut tentang konsentrasi Bisnis Digital di Universitas Trisakti dan siap-siap menjadi bagian dari masa depan e-commerce!

5 Strategi Digital Marketing yang Bisa Dicoba Mahasiswa Sejak Kuliah

Berita Thumbnail
Senin, 16 Juni 2025

5 Strategi Digital Marketing yang Bisa Dicoba Mahasiswa Sejak Kuliah

Sudah pernah mendengar tentang digital marketing dan tertarik mempelajarinya lebih dalam?

Tak perlu menunggu nanti-nanti. Kamu bisa mulai melakukan strategi digital marketing sederhana sekarang!

Kenapa Mahasiswa Harus Mulai Coba Digital Marketing Sejak Kuliah?

Masih banyak yang berpikir masa kuliah cukup fokus penuh pada teori di kelas. Urusan portofolio dan pengalaman kerja? Ah, itu bisa nanti setelah lulus.

Eitss.. justru di era sekarang yang serba digital dan kompetitif, pola pikir seperti itu harus kita ubah sedikit.

Mempelajari teori memang penting, tetapi mencoba dan mempraktikannya sejak masih berstatus mahasiswa akan menjadi investasi berharga.

Pertama, kamu dapat membangun portofolio sebagai nilai tambah yang membuatmu menonjol saat melamar kerja nanti. 

Misal, mengelola akun media sosial hingga memiliki banyak followers, atau membuat blog yang dioptimasi hingga muncul di halaman pertama Google.

Kedua, kamu mendapatkan pengalaman praktis. Artinya, bukan cuma paham teorinya, tetapi juga tahu cara mempraktikannya. 

Kamu akan belajar dari kesalahan, menemukan trik yang berhasil, dan merasakan langsung penerapan sesungguhnya.

Terakhir, kamu akan selangkah lebih maju dari yang lain. Ingat, dunia kerja saat ini mencari talenta siap pakai. 

Nah, dengan memulai lebih awal, kamu dapat mengasah skill, membangun kepercayaan diri, dan mencari koneksi yang bermanfaat setelah lulus.

Plus, siapa tahu ini bisa menjadi sumber penghasilan tambahan yang menarik, kan?

Ini Dia 5 Strategi Digital Marketing yang Bisa Kamu Coba Mulai Sekarang!

Tak perlu menunggu lulus atau punya modal besar untuk terjun ke dunia digital marketing

Bermodalkan laptop, koneksi internet, dan kemauan kuat untuk belajar, kamu sudah bisa mempraktikkan beberapa strategi dasar.

1. Membangun Personal Branding Melalui Konten

Personal branding adalah bagaimana kamu dikenal oleh orang lain karena keahlian atau minatmu.

Pilih satu topik yang kamu sangat sukai, contohnya tentang game, resep masakan, ulasan buku, tips belajar, dan lainnya. 

Kemudian, tentukan platform untuk menaruh kontenmu, misal akun Instagram/TikTok, channel YouTube, atau blog. 

Setelah itu, buat editorial plan agar kontenmu terstruktur, terjadwal, dan tidak kehabisan ide.

Melalui cara ini, kamu akan belajar membuat konten yang menarik, memahami audiens, dan membangun komunitas dari nol.

2. Menjadi Social Media Manager untuk Proyek Kecil

Setiap bisnis dan organisasi butuh eksistensi di media sosial, tetapi tidak semuanya punya waktu atau sumber daya untuk mengelolanya. 

Nah, kamu bisa memanfaatkan kesempatan ini!

Tawarkan bantuanmu untuk mengelola akun media sosial Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di kampus, acara kepanitiaan, atau usaha kecil milik teman/keluarga. 

Buat jadwal konten sederhana, coba desain grafis simpel dengan Canva, dan berinteraksi dengan para followers.

Melalui kegiatan ini, kamu sekaligus mengasah skill perencanaan konten, copywriting, desain grafis sederhana, dan analisis dasar. 

Semua skill ini akan bermanfaat bagi jalur karier digital marketing, apalagi kalau tujuanmu memang ingin menjadi seorang Social Media Specialist/Manager.

3. Mencoba Affiliate Marketing

Mau belajar jualan tanpa stok produk sendiri? Kamu bisa mencoba affiliate marketing. 

Jadi, kamu akan mendapatkan komisi setiap kali ada orang yang membeli produk melalui link yang kamu bagikan. 

Cara memulainya, daftar di program afiliasi gratis, seperti Shopee Affiliates atau Tokopedia Affiliate. 

Buat konten ulasan jujur tentang produk yang pernah kamu pakai, lalu sisipkan link afiliasimu di dalam tulisan atau deskripsi video.

Selain mendapatkan komisi, kamu juga bisa mengasah kemampuan persuasi, membuat ulasan produk, dan memahami alur penjualan (sales funnel).

4. Belajar SEO Dasar dengan Blog Pribadi

Sudah pernah mendengar tentang SEO (Search Engine Optimization)?

Banyak orang menghindarinya karena terdengar rumit, padahal konsep dasarnya hanya tentang bagaimana caranya agar konten kita mudah ditemukan di Google.

Nah, kamu dapat mempraktikannya melalui blog pribadi.

Blog identik dengan artikel, kan? Nah, sebelum menulis, coba cari tahu kata kunci apa yang sering orang gunakan terkait topiknya melalui Google Trends. 

Tulis judul yang menarik dan mengandung kata kunci tersebut. Setelah itu, coba minta teman-temanmu untuk memberikan tautan (link) ke tulisanmu dari blog mereka.

5. Menjalankan Iklan Digital

Iklan di Instagram, Facebook, atau TikTok mungkin terdengar mahal, padahal kamu bisa belajar banyak hal bahkan dengan bujet minim. 

Coba sisihkan uang jajan sebesar Rp50.000, lalu gunakan fitur “Boost Post” di Instagram atau “Promote” di TikTok untuk salah satu konten terbaikmu. 

Pelajari bagaimana memilih target audiens berdasarkan umur, lokasi, minat, menentukan durasi, dan melihat laporan hasilnya.

Melalui cara ini, kamu akan memahami sisi “paid” dari digital marketing

Skill yang dapat diasah, di antaranya belajar dasar-dasar digital advertising, penargetan audiens, manajemen budget, dan membaca metrik performa iklan seperti reach (jangkauan) dan engagement (interaksi).

Skill Tambahan yang Perlu Dikembangkan

Sangat bagus kalau kamu mau mencoba kelima strategi di atas. 

Namun, agar eksekusimu semakin profesional, ada beberapa skill dasar yang mendukung semua strategi tersebut. 

1. Copywriting

Copywriting adalah kemampuan merangkai kata untuk tujuan tertentu, seperti membuat orang mengklik sebuah tautan, tertarik membeli produk, atau sekadar membangun brand awareness

Setiap postingan, judul, dan iklan butuh copywriting yang bagus.

Kamu bisa mulai berlatih dengan menulis ulang judul artikel atau caption media sosial yang menurutmu kurang menarik.

2. Desain Grafis

Kamu tidak perlu langsung menjadi seorang desainer profesional. 

Cukup pahami prinsip dasar komposisi, warna, dan tata letak, kamu sudah bisa membuat konten visual yang enak dilihat. 

Tak perlu menguasai sepenuhnya software profesional seperti Adobe Photoshop atau Illustrator, cukup pelajari dulu tools sederhana seperti Canva.

3. Analisis Data Sederhana

Digital marketing menghasilkan banyak data. 

Nah, kamu butuh kemampuan untuk melihat angka-angka, seperti jumlah likes, views, atau pengunjung website lalu menganalisisnya agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.

4. Komunikasi dan Empati

Digital marketing butuh kemampuan berkomunikasi dengan manusia di ranah digital.

Kamu perlu memposisikan diri sebagai audiens, memahami apa yang mereka butuhkan, dan berinteraksi supaya strategimu jauh lebih efektif dan tidak terasa seperti robot.

5. Adaptabilitas dan Rasa Ingin Tahu

Dunia digital berubah setiap saat. Algoritma Instagram hari ini bisa berbeda dengan bulan depan. 

Sebab itu, kita perlu punya rasa ingin tahu yang besar dan kemauan untuk terus belajar hal baru agar tidak ketinggalan zaman.

Mulai dari Mana? Tips Buat Mahasiswa Peminatan Bisnis Digital

Dunia bisnis digital sangat luas. Di dalam kelas, kamu mungkin belajar teori ini-itu, tetapi saat mau mulai, banyak yang bingung.

Tenang saja, coba mulai sekarang dengan langkah-langkah sederhana ini:

1. Mulai dari Apa yang Kamu Suka

Cara termudah untuk belajar dan tetap konsisten adalah dengan mengerjakan sesuatu yang kamu nikmati. 

Suka main game? Buat konten ulasan game di YouTube. Hobi masak? Buat akun Instagram resep masakan simpel. Suka jalan-jalan? Bagikan rekomendasi hidden gem atau kafe unik di kotamu di Tiktok.

Dengan menghubungkan digital marketing dengan hobimu, proses belajar akan terasa seperti bermain.

2. Pilih Satu Platform, Kuasai Satu Skill

Jangan langsung mencoba menguasai TikTok, Instagram, SEO, dan iklan sekaligus. Pilih satu saja dulu. 

Misalnya, dalam tiga bulan ke depan, coba fokus menguasai cara membuat Instagram Reels yang menarik. 

Setelah merasa mahir, baru coba rambah ke skill atau platform lainnya.

3. Tawarkan Bantuanmu ke Lingkungan Kampus 

Jangan malu menawarkan bantuanmu untuk mengelola media sosial Himpunan Mahasiswa Jurusan, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), atau menjadi tim publikasi untuk acara kampus. 

Ini adalah cara terbaik mendapatkan pengalaman tanpa tekanan besar.

4. Belajar dari Praktisi, Bukan Hanya Teori

Selain dari buku dan kelas, ikuti para profesional digital marketing di LinkedIn, X, atau YouTube. Dengarkan podcast mereka. 

Kamu akan mendapatkan banyak sekali informasi, studi kasus, dan tren terbaru langsung dari para praktisi di lapangan.

5. Dokumentasikan Prosesmu

Jangan lupa untuk mencatat setiap pencapaianmu, sekecil apa pun itu. 

Ambil screenshot saat jumlah followers-mu naik, simpan tautan ke konten terbaikmu, dan catat hasil dari setiap kampanye yang kamu jalankan. 

Dokumentasi inilah yang akan menjadi portofoliomu nanti.

Waktunya Belajar Sambil Praktik!

Tidak perlu menunggu lulus untuk mulai berkarya. Kamu bisa action sekarang juga!

Seperti di Konsentrasi Bisnis Digital, program S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Trisakti, kamu tidak sekadar belajar teori saja, tetapi juga praktik langsung.

Ada banyak mata kuliah yang sangat mendukung untuk mempersiapkan diri menjadi talenta digital unggulan, seperti Praktikum Digital Marketing, Social Media Marketing, UI/UX Design, Website Design and Development, dan banyak lagi!

Jangan biarkan ide-ide brilianmu menumpuk sebagai draf. 

Yuk, mulai sekarang dan wujudkan ambisimu menjadi seorang Digital Marketing Specialist unggulan di masa depan!

Kreativitas Manusia vs AI: Siapa yang Lebih Efektif dalam Pemasaran Digital?

Berita Thumbnail
Sabtu, 14 Juni 2025

Kreativitas Manusia vs AI: Siapa yang Lebih Efektif dalam Pemasaran Digital?

Kemunculan Artificial Intelligence (AI) yang mampu menciptakan gambar dan tulisan dalam hitungan detik memunculkan keraguan apakah kreativitas manusia masih dibutuhkan.

Khususnya dalam pemasaran digital, perdebatan antara penggunaan AI dan kreativitas manusia semakin menarik untuk dibahas.

AI Makin Canggih, Tapi Apakah Bisa Gantikan Kreativitas Manusia?

Sudah pernah melihat gambar-gambar realistis yang ternyata dibuat hanya dari beberapa kata? Itulah hasil kerja AI yang semakin canggih.

Kemampuannya belajar dan menghasilkan sesuatu yang baru berkembang pesat.

Dan, di dunia pemasaran digital, kecanggihan ini semakin banyak digunakan. 

AI kini dapat membuat draft postingan media sosial, menciptakan gambar untuk iklan, hingga menganalisis data. 

Semuanya dilakukan dengan kecepatan yang mustahil disaingi oleh manusia.

Melihat semua ini, wajar kalau kita bertanya, “Apakah kreativitas manusia akan segera tergantikan?”

Eitss… tunggu dulu! Sebelum menjawabnya, kita perlu memahami bahwa kreativitas bukan cuma menghasilkan sesuatu yang baru.

Kreativitas manusia melibatkan empati, pemahaman konteks budaya, pengalaman hidup, intuisi, dan kemampuan merasakan emosi.

Apakah algoritma benar-benar memahami semua itu?

Yuk, mari kita bedah di pembahasan selanjutnya!

Kekuatan Kreativitas Manusia dalam Pemasaran Digital

Kita akui, AI memang hebat dalam mengolah data dan menjalankan perintah. 

Namun, ada beberapa hal dalam dunia pemasaran yang hanya bisa diciptakan oleh sentuhan manusia.

1. Memahami Emosi dan Konteks Budaya

Manusia mampu merasakan apa yang dirasakan oleh audiensnya. Kita bisa menangkap kegelisahan, harapan, atau humor yang sedang tren di masyarakat. 

Melalui kemampuan memahami konteks budaya dan membaca situasi, kita dapat membuat kampanye pemasaran menyentuh dan relevan, bukan sekadar iklan sekali lewat.

2. Menciptakan Ide Orisinal

AI andal dalam membuat ribuan variasi dari sesuatu yang sudah ada.

Namun, untuk menciptakan ide kampanye yang benar-benar baru, berani, dan out-of-the-box, kita membutuhkan imajinasi, intuisi, dan keberanian mengambil risiko yang hanya dimiliki manusia.

3. Menyampaikan Cerita Otentik (Storytelling)

Di setiap merek (brand), pasti ada behind story yang menarik.

Nah, manusia adalah pencerita alami. 

Kita menggunakan pengalaman pribadi, pemahaman karakter, dan empati untuk membangun narasi yang menciptakan ikatan emosional jangka panjang antara sebuah merek dengan konsumennya.

4. Penilaian Etis dan Moral

Manusia memiliki kompas moral dan etika untuk membuat penilaian, seperti apakah lelucon dalam iklan berisiko menyinggung kelompok tertentu? Apakah pesan kampanye ini terlalu sensitif?

Penilaian ini yang sulit dipahami oleh logika AI. 

Kelebihan AI dalam Pemasaran Digital

Jika kreativitas manusia unggul dalam rasa dan makna, maka AI adalah juaranya dalam hal kecepatan, skala, dan akurasi data. 

Beberapa kelebihannya yaitu:

1. Kecepatan Menganalisis Data

Otak manusia akan kewalahan kalau diminta untuk menganalisis jutaan data dari interaksi pelanggan di media sosial dan website. 

Namun, bagi AI, ini adalah pekerjaan beberapa detik. 

AI mampu menemukan pola-pola tertentu, seperti jam berapa audiens paling aktif, atau produk apa yang sering dibeli bersamaan, untuk membantu tim pemasaran membuat keputusan berbasis bukti.

2. Personalisasi dalam Skala Masif 

Pernah merasa iklan atau rekomendasi produk yang muncul di aplikasi belanja sangat cocok dengan seleramu? Itulah kerja AI

AI membantu sebuah merek untuk mempersonalisasi jutaan pelanggannya secara bersamaan dengan menampilkan konten atau penawaran paling relevan.

3. Efisiensi dan Otomatisasi

Banyak tugas pemasaran bersifat repetitif dan memakan waktu. Contohnya menjalankan ratusan versi iklan berbeda (A/B testing) atau menjadwalkan postingan.

AI dapat mengambil alih semua ini dan menjalankannya 24/7 agar kita bisa menghemat waktu dan fokus pada pekerjaan strategis.

Kapan Harus Pakai AI, Kapan Harus Andalkan Manusia?

Bukan memilih salah satu dan membuang yang lain, melainkan kita perlu tahu kapan harus menggunakan yang mana untuk setiap tugas.

Anggap saja kita sedang membagi peran.

Gunakan AI untuk tugas-tugas ini:

  • Membaca jutaan data perilaku konsumen untuk menemukan tren, jam aktif audiens, atau produk apa yang paling diminati.
  • Mengelompokkan pelanggan ke kategori-kategori spesifik, seperti lokasi, kebiasaan belanja, dll. Gunanya untuk pengiriman pesan tertarget.
  • Mengirimkan email promosi atau menampilkan rekomendasi produk yang disesuaikan untuk setiap pengguna.
  • Menjalankan ratusan versi iklan (A/B Testing) untuk melihat mana gambar, tulisan, atau warna tombol yang paling efektif.

Lalu, andalkan kreativitas manusia untuk tugas-tugas ini:

  • Merumuskan tujuan kampanye dan melahirkan konsep kreatif yang orisinal dan emosional.
  • Menulis slogan, narasi video, atau caption media sosial yang punya sentuhan emosi.
  • Berinteraksi langsung dengan audiens, membangun kepercayaan, dan menjalin kerja sama dengan influencer atau mitra lainnya.
  • Memberikan persetujuan final pada sebuah kampanye setelah mempertimbangkan apakah pesannya sudah tepat, beretika, dan sesuai nilai merek.

Jadi, serahkan pekerjaan yang membutuhkan kecepatan, logika, dan pengolahan data pada AI. 

Namun, untuk pekerjaan yang membutuhkan perasaan, intuisi, dan visi strategis, tetap andalkan kreativitas manusia.

Kolaborasi AI & Manusia = Masa Depan Pemasaran Digital

Pertarungan antara AI dan manusia sebenarnya tidak pernah ada. 

Pemenang sesungguhnya di era digital ini adalah mereka yang paling ahli dalam membuat keduanya berkolaborasi.

Kamu harus mampu menerjemahkan data dan analisis dari AI menjadi sebuah ide kreatif, sekaligus mampu menerjemahkan ide-ide manusiawi menjadi perintah yang dapat dimengerti oleh AI.

Dengan begitu, kamu akan menjadi talenta unggulan bagi masa depan pemasaran digital!

Floatin Button